Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat ke Rp15.428, Dolar AS Tergelincir

Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp15.428 per dolar AS pada perdagangan, Rabu (11/9/2024). Pada saat yang sama, indeks dolar tergelincir ke 101,564.
Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp15.428 per dolar AS pada perdagangan, Rabu (11/9/2024). Pada saat yang sama, indeks dolar tergelincir ke 101,564. Bisnis/Suselo Jati
Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp15.428 per dolar AS pada perdagangan, Rabu (11/9/2024). Pada saat yang sama, indeks dolar tergelincir ke 101,564. Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp15.428 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (11/9/2024).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan naik 0,17% atau 27 poin ke posisi Rp15.428 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,08% ke posisi 101,564.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,56%, baht Thailand menguat 0,34%, ringgit Malaysia menguat 0,23%, dolar Hong Kong menguat 0,02%, dan peso Filipina menguat 0,38%.

Selanjutnya, won Korea menguat 0,40%, yuan China menguat 0,10%, dolar Singapura menguat sebesar 0,19%, dan dolar Taiwan menguat 0,15%. Sedangkan rupee India justru melemah 0,02%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi telah memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada hari ini (11/9), namun akan ditutup menguat direntang Rp15.400-Rp15.500.

Dia mengatakan bahwa pada perdagangan kemarin (10/9), mata uang rupiah ditutup menguat tipis 1 point walaupun sebelumnya sempat menguat 20 point dilevel Rp15.455 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.456.

Ibrahim mengatakan bahwa antisipasi pemotongan suku bunga AS membantu membatasi kerugian secara keseluruhan, sementara, juga membendung kenaikan dolar. Namun dolar AS mendapat beberapa tawaran beli pada pekan ini, di tengah posisi sebelum pembacaan inflasi.

Menurutnya, fokus pekan ini adalah pada data inflasi indeks harga konsumen, yang akan dirilis, untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk tentang ekonomi AS.

Adapun tanda-tanda meredanya inflasi kemungkinan akan memacu peningkatan taruhan pada suku bunga yang lebih rendah dalam beberapa bulan mendatang.

Pembacaan inflasi ini muncul hanya sepekan sebelum pertemuan Federal Reserve, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga pada September, kata Ibrahim, juga menjadi pendorong utama melemahnya dolar AS baru-baru ini, mengingat pemangkasan tersebut kemungkinan akan memicu siklus pelonggaran oleh The Fed.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper