Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN konstruksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) bersiap mengebut tender proyek baru setelah resmi diturunkan dari daftar hitam atau blacklist Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita menyampaikan bahwa penurunan tersebut dilakukan usai Majelis Hakim mengabulkan permohonan perseroan terkait Penundaan Pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara.
“Kami menyambut baik ketetapan Majelis Hakim. Maka kini penayangan sanksi daftar hitam PT Waskita Karya Tbk. sudah diturunkan dari Daftar Hitam Nasional pada laman Inaproc,” ujar Ermy dalam keterangan tertulis pada Kamis (8/8/2024).
Dia menuturkan, penetapan permohonan penundaan itu berlaku selama proses persidangan berlangsung sampai putusan dalam perkara memperoleh kekuatan hukum tetap. Melalui ketetapan tersebut, Waskita Karya kini bisa kembali mengikuti tender.
“Perusahaan bisa kembali mengikuti proses tender seluruh proyek pemerintah yang menggunakan APBN, APBD, maupun proyek-proyek swasta,” pungkasnya.
Ermy mengungkapkan bahwa total nilai kontrak yang dikelola Waskita hingga kuartal II/2024 mencapai Rp51,1 triliun. Nilai tersebut berasal dari 87 proyek yang 40,2% di antaranya merupakan proyek strategis nasional (PSN).
Baca Juga
Hingga Juli 2024, emiten BUMN Karya ini juga mengerjakan 83 proyek PSN. Sebanyak 64 di antaranya sudah selesai, meliputi 44 jalan tol seperti Tol Serpong-Cinere, Pejagan-Pemalang, Pemalang- Batang, Batang-Semarang, Solo-Kertosono, dan Pasuruan-Probolinggo.
Dari sisi kinerja, Waskita Karya mencatatkan rugi bersih sebesar Rp2,15 triliun pada semester I/2024 atau meningkat 4,18% dibandingkan kerugian tahun lalu Rp2,07 triliun.
Salah satu penyebab kerugian Waskita disebabkan oleh pembengkakan beban keuangan. Selama 6 bulan pertama tahun ini, perseroan mencatatkan beban keuangan senilai Rp2,29 triliun atau meningkat 10,60% dibandingkan tahun sebelumnya.
Selain itu, kinerja pendapatan usaha Waskita juga mengalami koreksi 15,19% year-on-year (yoy) menjadi Rp4,47 triliun pada semester I/2024. Penyebabnya datang dari segmen jasa konstruksi yang melemah 28,17% secara tahunan menjadi Rp3,12 triliun.
---------------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.