Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transaksi Saham Loyo, BEI Akui Investor Mulai Lirik Instrumen Investasi Lain

Bursa Efek Indonesia (BEI) tak menampik adanya tren peralihan investor saham ke instrumen investasi lain.
Bursa Efek Indonesia (BEI) tak menampik adanya tren peralihan investor saham ke instrumen investasi lain. Bisnis/Himawan L Nugraha
Bursa Efek Indonesia (BEI) tak menampik adanya tren peralihan investor saham ke instrumen investasi lain. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan yang menyebabkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham lesu. Otoritas Bursa pun tidak menampik adanya tren peralihan investor saham ke instrumen lain.

Mengacu data BEI per Kamis (25/7/2024), rerata nilai transaksi harian saham turun ke kisaran Rp11,92 triliun. Nilai tersebut masih di bawah target RNTH BEI sebesar Rp12,25 triliun tahun ini.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan penyebab turunnya transaksi harian saham lebih dominan dipengaruhi oleh sentimen global.

"Terkait transaksi yang menurun lebih dipengaruhi oleh faktor seperti kondisi suku bunga yang masih tinggi dan investor masih mencermati kondisi makro ekonomi maupun geopolitik di dalam dan luar negeri," ujar Jeffrey kepada Bisnis, dikutip Jumat (26/7/2024).

Sebagaimana diketahui, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5%, dan hanya memproyeksikan pemangkasan suku bunga satu kali tahun ini. Adapun The Fed akan menggelar pertemuan FOMC pada pekan depan, 30-31 Juli 2024.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga masih menahan suku bunga di level 6,25%. Proyeksi suku bunga BI juga tak lepas dari pengaruh The Fed. Adapun, nilai tukar rupiah melemah 0,27% atau 43,5 poin ke level Rp16.293 pada Jumat (26/7) pukul 10.50 WIB.

Jeffrey pun mengakui ada tren peralihan investor saham, terutama ke aset SRBI atau Surat Berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

BEI mencatat investor asing melakukan jual neto (net sell) sebesar Rp2,82 triliun secara year-to-date (YtD) per Kamis (25/7). Sementara itu, berdasarkan data setelmen Bank Indonesia per 18 Juli 2024, asing atau non-residen tercatat melakukan beli neto Rp162,15 triliun di SRBI.

"Kalau kami melihat data memang ada peningkatan kepemilikan di instrumen pendapatan tetap seperti SRBI," pungkas Jeffrey.

Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah 0,45% secara YtD ke posisi 7.240,27 kemarin. Sejumlah indeks utama BEI seperti LQ45 juga turun 5,61% YtD, disusul IDX30 yang melemah 7,58% dan IDX80 terkoreksi 3,76%.

Sebagai tambahan informasi, BEI telah mengumumkan hasil evaluasi atau rebalancing terhadap sejumlah indeks utama, yakni LQ45, IDX30, hingga IDX80 pada Kamis (25/7). Bursa menyebut periode efektif konstituen akan berlaku mulai 1 Agustus hingga 31 Oktober 2024.

Secara rinci, untuk indeks IDX30 hanya perubahan minor, atau bobot saham anggota konstituen. Selanjutnya, BEI memasukkan saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) ke dalam daftar anggota terbaru LQ45. Sebagai gantinya, BEI mengeluarkan saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) milik konglomerat Edwin Soeryadjaya.

Sementara itu, untuk indeks IDX80, BEI memasukkan saham PT Cisarua Mountain Diary Tbk. (CMRY) dan PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO). Pada saat yang sama, BEI mengeluarkan saham milik konglomerat TP Rachmat, PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA), dan emiten BUMN PT PP (Persero) Tbk. (PTPP).

Transaksi Kripto Melonjak

Pada perkembangan lain, di tengah lesunya transaksi saham sepanjang tahun berjalan, nilai transaksi di instrumen kripto justru melonjak signifikan.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat nilai transaksi aset kripto pada periode Januari 2024 hingga Juni 2024 mencapai angka Rp301,75 triliun.

Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti Tirta Karma Senjaya mengatakan nilai ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 354,17% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu Rp66,44 triliun.

Sementara itu meski ada penyesuaian pada Mei lalu, jumlah pelanggan aset kripto terdaftar hingga Juni 2024 mencapai 20,24 juta pelanggan, dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 430.500 pelanggan per bulan sejak Februari 2021.

“Pertumbuhan jumlah pelanggan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin menyadari dan tertarik terhadap potensi investasi aset kripto,” ujar Tirta dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (26/7).

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper