Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan di Balik Rencana ASII, ACST, dan GOOD Tambah Lini Usaha Baru

Tiga emiten yakni ASII, ACST, dan GOOD berencana menambah lini usaha baru. Persetujuan terkait rencana ini akan ditentukan pada April 2024.
Tiga emiten yakni ASII, ACST, dan GOOD berencana menambah lini usaha baru. Persetujuan terkait rencana ini akan ditentukan pada April 2024./Istimewa
Tiga emiten yakni ASII, ACST, dan GOOD berencana menambah lini usaha baru. Persetujuan terkait rencana ini akan ditentukan pada April 2024./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra International Tbk. (ASII), PT Acset Indonusa Tbk. (ACST), dan PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) berencana melebarkan sayap bisnisnya dengan menambah lini usaha baru pada 2024.

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), yang dirangkum pada Sabtu (23/3/2024), ASII berencana menambah lini bisnis baru di bidang kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Total, ada 11 unit usaha baru yang akan ditambah.

Kegiatan usaha yang akan ditambah ASII adalah industri baterai kendaraan listrik, reparasi baterai dan akumulator listrik, penjualan tenaga listrik, pengoperasian instalasi penyediaan tenaga listrik, hingga aktivitas penunjang tenaga listrik lainnya.

Untuk memuluskan rencana tersebut, ASII akan meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan (RUPST) yang digelar pada 30 April 2024.

“Perseroan mendukung transisi elektrifikasi di industri otomotif, dengan komitmen untuk menawarkan produk-produk elektrik yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, dengan tujuan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia,” ujar manajemen ASII.

Hasil studi kelayakan menunjukkan bahwa ASII layak untuk menambah kegiatan usaha baru di bisnis kendaraan listrik. Dari analisis keuangan, net present value (NPV) memperlihatkan hasil positif yakni Rp49,83 miliar, dengan internal rate of return (IRR) 39,61%.

Selain itu, pengembalian investasi atau payback period atas bisnis tersebut diestimasikan selama 5 tahun 5 bulan, atau lebih cepat dari masa proyeksi yakni 6 tahun.

Alhasil, dengan dijalankannya rencana penambahan kegiatan usaha, laba usaha ASII diperkirakan mengalami peningkatan antara 0,001% hingga 0,024%.

Saat ini, ASII memasarkan 6 model mobil battery electric vehicle (BEV) dan 13 model mobil hybrid electric vehicle (HEV) di Indonesia, di bawah merek Toyota, Lexus dan BMW. Selain itu, perseroan juga menjual sepeda motor listrik EM1 e, di bawah merek Honda.

Untuk model BEV, Astra memiliki Lexus UX, Toyota bZ4x dan Lexus RZ. Selanjutnya untuk segmen PHEV ASII memiliki Toyota Rav4 dan Lexus RX. Adapun segmen HEV Astra yaitu Innova Zenix, Yaris Cross, dan beberapa model hybrid lainnya.

ACSET INDONUSA (ACST)

Sementara itu, emiten konstruksi Grup Astra, PT Acset Indonusa Tbk. (ACST) berencana melebarkan sayap bisnisnya ke sektor konstruksi bidang pertambangan dan telekomunikasi.

Perseroan berencana menambah kegiatan usaha pada bidang konstruksi bangunan sipil pertambangan, aktivitas penunjang pertambangan dan penggalian lainnya, serta aktivitas telekomunikasi khusus untuk keperluan sendiri.

Manajemen ACST menjelaskan bahwa langkah perseroan untuk menambah kegiatan usaha untuk merespons perkembangan sektor konstruksi pada pertambangan Indonesia.

“Hal ini merupakan respons terhadap perkembangan pesat di sektor pertambangan Indonesia. Mempertimbangkan juga bahwa perseroan merupakan bagian dari grup PT United Tractors Tbk. [UNTR],” tulis manajemen ACST.

Menurut manajemen, perseroan memiliki akses ke berbagai potensi proyek konstruksi pertambangan yang menjanjikan. Hal ini menegaskan posisi sebagai mitra andal, berkualifikasi tinggi guna memenuhi kebutuhan konstruksi di sektor pertambangan.

ACST memperkirakan penambahan kegiatan usaha ke sektor konstruksi pertambangan akan membuat total aset perseroan meningkat, dengan rata-rata 10,46% sepanjang 2024 – 2028.

Kenaikan tersebut diproyeksikan berasal dari akun kas dan setara kas, piutang usaha, uang muka pelanggan, pembayaran di muka, piutang retensi, hingga progres under construction.

“Total aset pada periode 22028 diproyeksikan sebesar Rp1,9 triliun dengan penambahan KBLI [Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia], sementara tanpa KBLI diperkirakan sebesar Rp,17 triliun,” tulis manajemen ACST.

Selain itu, liabilitas perseroan dengan penambahan KBLI diperkirakan naik rata-rata sebesar 11,81% pada periode yang sama. Kenaikan ini berasal dari utang usaha, deposit pelanggan, pinjaman dan obligation under capital lease

Di sisi lain, ekuitas ACST dengan penambahan KBLI diramal meningkat dengan rata-rata sebesar 6,28% selama 2024 – 2028 dibandingkan tanpa penambahan KLBI. Kenaikan tersebut diperkirakan berasal dari laba ditahan.

Manajemen ACST menyampaikan bahwa rencana penambahan kegiatan usaha tersebut akan diputuskan dalam RUPST pada 19 April 2024.

“Jika rencana penambahan kegiatan usaha sebagaimana disebutkan di atas tidak memperoleh persetujuan dari pemegang saham pada RUPST, maka rencana tersebut dapat dapat diajukan kembali 12 bulan setelah pelaksanaan RUPST tersebut,” kata manajemen.

GARUDAFOOD (GOOD)

PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. (GOOD) juga berencana melebarkan sayap usahanya dengan memproduksi dan menjual produk makanan bayi. Hal ini karena adanya peluang besar di industri tersebut, sehingga diharapkan mendorong kinerja perusahaan ke depan.

“Perseroan telah menghitung dengan saksama atas peluang usaha yang dapat dijalankan secara berkelanjutan, dan perseroan berkeyakinan mampu memanfaatkan peluang yang ada guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham,” tulis manajemen, Kamis (21/3/2024).

Berdasarkan studi kelayakan yang dilakukan, peluang penambahan kegiatan usaha GOOD di industri makanan bayi menghasilkan internal rate of return (IRR) sebesar 425,43% atau di atas tingkat diskonto yang diasumsikan sebesar 11,25%.

Adapun net present value (NPV) menunjukkan angka positif yakni Rp13,23 miliar, sementara indeks profitabilitas mencapai 33,36 yang berarti lebih besar dari 1. Penilaian ini menggunakan laporan keuangan 2023 sebagai bahan pertimbangan studi kelayakan.

Dari sisi analisis kelayakan teknis, rencana penambahan bidang usaha industri makanan bayi tidak membuat Garudafood menambah jumlah tenaga kerja baru. Melainkan, tenaga kerja existing bakal dioptimalkan kompetensinya lewat pendidikan dan pelatihan.

Manajemen juga menyatakan GOOD telah menyiapkan tenaga kerja ahli yang dibutuhkan guna mendukung pelaksanaan operasional atas perubahan kegiatan usaha tersebut.

“Perseroan tidak melakukan penambahan tenaga kerja dan memanfaatkan tenaga kerja yang sudah ada. Perseroan memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 8.360 orang per 31 Desember 2023,” tulis penjelasan manajemen.

Sementara itu, dari sisi analisis kelayakan pasar, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) industri makanan dan minuman nasional atas dasar harga berlaku tercatat mencapai Rp1,12 kuadriliun pada 2021.

Nilai tersebut memiliki porsi sebesar 38,05% terhadap industri pengolahan nonmigas atau 6,61% terhadap PDB nasional yang mencapai Rp16,97 kuadriliun.

Alhasil, dengan studi kelayakan yang telah dilakukan, manajemen perseroan meyakini bahwa penambahan kegiatan usaha ke sektor industri makanan bayi dapat meningkatkan peluang usaha serta mengerek pendapatan dan laba perseroan ke depan.

Untuk memuluskan rencana ini, manajemen Garudafood akan meminta persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar 30 April 2024.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper