Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Properti Masih Dibayangi Sentimen Negatif dari The Fed?

Emiten properti Indonesia diperkirakan masih dibayangi sejumlah sentimen negatif dari data inflasi Amerika Serikat (AS) dan suku bunga The Fed.
Emiten Properti Masih Dibayangi Sentimen Negatif dari The Fed?. Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Emiten Properti Masih Dibayangi Sentimen Negatif dari The Fed?. Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Industri properti Indonesia diperkirakan masih dibayangi sejumlah sentimen negatif, salah satunya datang dari kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) yang menekan prospek penurunan suku bunga The Fed.

Pada Rabu (21/3/2024), The Fed kembali mempertahankan suku bunga pada level tertingginya selama 22 tahun yakni 5,25% - 5,5%. Keputusan ini diambil lantaran data konsumen AS baru-baru ini mengindikasikan adanya keberlanjutan tekanan inflasi.

Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Februari 2024 tercatat naik menjadi 3,2% dari tahun lalu, setelah melambat menjadi 3,1% secara tahunan pada Januari lalu. 

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Vicky Rosalinda mengatakan inflasi IHK AS memiliki pengaruh negatif terhadap industri properti di Tanah Air. Namun, pengaruh tersebut dinilai tidak terlalu signifikan karena ada beberapa sentimen pendorong di dalam negeri. 

Sentimen pendorong itu, antara lain, insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dan hasil pemilu satu putaran yang dinilai mampu memberikan dampak positif terhadap percepatan pemulihan kondisi pasar properti Indonesia.

“Tetapi, perlu diwaspadai juga prospek industri properti ini bergantung dengan kondisi keseimbangan antara pasokan dan permintaan properti. Begitu pun dengan The Fed yang belum memangkas suku bunganya, sehingga prospek industri properti di Indonesia masih belum dapat dipastikan,” ujar Rosalinda kepada Bisnis, Kamis (21/3/2024). 

Sentimen negatif terkait dengan suku bunga acuan juga tecermin dari kinerja indeks saham properti. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga Rabu (20/3), memperlihatkan indeks properti mengalami koreksi sebesar 5,49% year-to-date (YtD) ke level 674,95. 

Menurut Rosalinda, kontraksi indeks properti hanya bersifat sementara. Sebab, suku bunga Bank Indonesia (BI) saat ini masih menunggu kebijakan The Fed untuk menurunkan suku bunga, sehingga membuat pelaku pasar cenderung wait and see.

Terkait dengan saham properti, dia merekomendasikan PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) sebagai top picks karena emiten ini memiliki produk beragam di Indonesia, sehingga memiliki peluang untuk melanjutkan pertumbuhan marketing sales alias prapenjualan. 

“Selain itu, CTRA juga terus membukukan rekor marketing sales dan optimistis untuk mempertahankan targetnya,” tutur Rosalinda.

Sebagai informasi, CTRA pada tahun ini menetapkan target marketing sales sebesar Rp11,1 triliun atau lebih tinggi dibandingkan dengan rekor yang dibukukan sepanjang tahun lalu. 

Head of Investor Relation Ciputra Development Aditya Ciputra Sastrawinata mengatakan target itu tumbuh 8% jika dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang mencapai Rp10,2 triliun.

“Ciputra akan melanjutkan pencapaian marketing sales tertinggi di 2023 sebesar Rp10,2 triliun dengan membidik target marketing sales 2024 sebesar Rp11,1 triliun,” ujar Aditya. 

Dia menyampaikan perseroan berencana mewujudkan pertumbuhan tersebut melalui fokus strategis pada segmen produk dan lokasi yang sejalan dengan kekuatan Ciputra Development.  

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper