Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham Vale (INCO) Terdongkrak Laporan Keuangan dan Isu Divestasi

Saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) diprediksi mampu melanjutkan penguatan ke level Rp4.200 tersengat sentimen divestasi ke MIND ID.
CEO PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany bersama Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited Chen Xuehua (Chairman Chen) dan rombongan mengecek pengerjaan smelter nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
CEO PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) Febriany bersama Chairman Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited Chen Xuehua (Chairman Chen) dan rombongan mengecek pengerjaan smelter nikel di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) diprediksi mampu melanjutkan penguatan ke level Rp4.200 tersengat sentimen kinerja keuangan yang naik dan isu harga divestasi ke MIND ID.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan saat ini, saham INCO masih berada dalam downtrend. Namun saat ini posisi INCO telah tembus target di level Rp3.910 per saham. 

“Untuk saat ini, saya rekomendasikan hold. Sudah tembus target pertama dan bisa ke level Rp4.270 hingga Rp4.200 per saham,” kata Nafan saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Senin (12/2/2024). 

Pada penutupan perdagangan hari ini, saham INCO berada di level Rp4.060 per saham. Posisi ini naik, 10,93% atau naik 400 poin. Sepanjang perdagangan saham INCO bergerak di level Rp3.730 hingga Rp4.160 per saham. 

Kapitalisasi pasar INCO tercatat sebesar Rp40,34 triliun dengan PER sebesar 8,85 kali dan PBVR sebesar 1,04 kali. Secara year to date, saham INCO masih membukukan penurunan sebesar 5,80%. 

Nafan menjelaskan, pasar akan langsung bergerak merespons harga isu divestasi saham yang langsung terlihat pergerakan harga saham di pasar reguler. Selain tersengat oleh isu divestasi, saham INCO juga tersengat sentimen kinerja keuangan yang baru saja dirilis. 

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer mengatakan laba INCO melinjak 37% ke level US$274,33 juta atau Rp4,28 triliun sepanjang 2023. Kenaikan net profit ini sejalan dengan peningkatan pendapatan sebesar 4,48% YoY ke US$1,23 miliar.

Axell Ebenhaezer mengatakan katalis utama peningkatan profit adalah keberhasilan INCO dalam menekan biaya per ton yaitu turun 12% year on year dan kenaikkan produksi nickel matte yang naik 18% YoY. 

“Kedua katalis berhasil menghapus dampak negatif dari normalisasi harga nikel matte global,” kata Axell. 

Secara fundamental, penurunan harga nikel sebesar 48% di 2023 sudah tecerminkan di harga INCO yg sejajar turun 52%. Ini berarti mulai stabilnya harga nikel dan penyelesaian proses divestasi nanti dapat menjadi katalis untuk INCO rebound.

Pada pemberitaan sebelumnya, INCO mencatatkan pendapatan sebesar US$1,23 miliar atau sekitar Rp19,23 triliun (kurs Rp15.611), mengalami kenaikan sebesar 4,48% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang mencapai US$1,17 miliar. 

Perseroan juga mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 2,24% dibandingkan tahun sebelumnya, dari US$865,88 juta menjadi US$885,24 juta. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya biaya bahan bakar minyak dan pelumas dari US$180,16 juta menjadi US$203,89 juta. 

Sebagai hasilnya, laba bruto yang diakumulasikan INCO sepanjang 2023 mencapai US$347,02 juta, meningkat 10,67% dari US$313,56 juta sebelumnya. Setelah memperhitungkan beban dan pendapatan lainnya, laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$274,33 juta, meningkat 36,89% dibandingkan tahun 2022.

Sementara itu, INCO mencatat produksi nikel dalam matte sebanyak 70.728 ton pada tahun 2023, meningkat dari periode sebelumnya. Pencapaian ini naik 18% dari realisasi pada tahun 2022 yang mencapai 60.090 ton. 

-------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper