Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara menguat walaupun terjadi stok yang tinggi terutama di China. Di sisi lain, harga crude palm oil (CPO) masih mengalami penurunan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember 2023 menguat 0,82% atau 1 poin ke level US$123,25 per metrik ton pada penutupan perdagangan Selasa (7/11/2023).
Batu bara ICE Newcastle kontrak November 2023 juga menguat 0,92% atau 1,10 poin ke level US$120,10 per metrik ton.
Mengutip Reuters, Rabu (8/11) berdasarkan data dari Administrasi Umum Bea Cukai China, impor batu bara mencapai 35,99 juta metrik ton pada Oktober 2023, menurun 14,6% dari 42,14 juta ton pada bulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena stok yang tinggi sehingga perusahaan mengurangi pembeliannya.
Total impor batu bara selama 10 bulan pertama tahun ini mencapai 383,64 juta metrik ton, naik 66,8% dari periode yang sama pada tahun 2022 (year-on-year/yoy).
Seorang pejabat dari Administrasi Energi Nasional (NEA) menuturkan pada pekan lalu bahwa stok pembangkit listrik mencapai rekor tertinggi sekitar 200 juta ton.
Baca Juga
Menimbang hal tersebut, Wakil Ketua Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara (CCTD) Li Xuegang menuturkan bahwa sebagian besar pembangkit listrik saat ini tidak perlu menambah stok mereka saat ini.
Berdasarkan catatan Bisnis, ekspor Indonesia mengalami kontraksi 4,26% pada kuartal III/2023, mencatatkan penurunan terbesar sejak akhir 2020 di tengah lesunya permintaan global terhadap komoditas Indonesia, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit.
Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), ekspor batu bara AS ke Eropa melonjak 22%, setelah menggantikan pasokan Rusia dalam 12 bulan pasca-sanksi Uni Eropa pada Agustus 2022.
Lantaran menggunakan batu bara saat krisis energi, Menteri Perekonomian Jerman Robert Habeck menepis keraguan terkait negaranya dapat menghentikan penggunaan komoditas tersebut pada 2030.
Harga CPO
Harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia melemah 30 poin menjadi 3,670 ringgit per metrik ton. Sementara, untuk kontrak November 2023 melemah 23 poin menjadi 3,612 ringgit per metrik ton.
Kepala riset komoditas di Sunvin Group di India, menuturkan bahwa pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit jauh lebih tinggi daripada perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 2-3%
"Stok akhir di Malaysia hampir 10% lebih tinggi di akhir bulan Oktober dibandingkan dengan bulan September karena produksi telah melampaui ekspor dan konsumsi," jelas Bagani.
Menurut survei, persediaan minyak kelapa sawit Malaysia pada akhir Oktober 2023 berada pada level tertinggi sejak Mei 2019. Hal ini dikarenakan produksi yang lebih tinggi dan mengalahkan pertumbuhan ekspor.
Asosiasi minyak kelapa sawit Malaysia juga meminta pemerintah untuk meninjau retribusi keuntungan yang tidak terduga.
Kemudian, data bea cukai China menunjukkan bahwa negaranya mengimpor 5,16 juta metrik ton kedelai pada bulan Oktober 2023, mencatatkan kenaikan sebesar 25% dari tahun sebelumnya namun lebih rendah dari perkiraan analis lantaran kedelai Brasil terus tiba di pelabuhan lebih lambat dari biasanya.
Menurut Refinitiv Commodities Research, kargo yang tertunda pada Oktober 2023 akan tiba pada bulan November, sehingga meningkatkan impor bulan November menjadi 12 juta metrik ton.
Panen kedelai yang berlangsung cepat di Amerika Serikat (AS) memberi tekanan pada harga. Panen sudah mencapai 91%, di bawah perkiraan rata-rata sebesar 92%, namun lebih tinggi dari rata-rata lima tahun sebesar 86%.
Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, turun 0,3%. sedangkan kontrak minyak sawit, DCPcv1, naik 0,03%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade, BOcv1, turun 1,1%.
Menurut analis industri terkemuka, produksi minyak sawit global pada 2024 diperkirakan menurun karena El Nino. Sementara permintaan dari sektor minyak nabati dan energi akan meningkat, sehingga mendukung harga.
Dari data Bloomberg, mata uang ringgit Malaysia, yang digunakan dalam perdagangan minyak kelapa sawit, melemah 0,71% terhadap dolar pada penutupan Selasa (7/11). Mata uang yang lebih lemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.