Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN baja, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) mengungkap strategi yang digodok untuk menjagata stabilitas permintaan ekspor di tengah sentimen pelemahan ekonomi global.
Direktur Komersial KRAS Akbar Djohan mengatakan pangsa pasar ekspor menjadi salah satu elemen penting dalam menjaga peningkatan kinerja penjualan. Dalam hal ini, mempertahankan kepercayaan regular market menjadi salah satu kunci.
"Negara-negara yang menjadi regular market produk KS selama ini seperti Malaysia, Vietnam, Taiwan, Pakistan, Australia dan New Zealand, dan negara-negara Eropa seperti Belgia, Turki, Spanyol, Portugal, Turki, Italia dan lain sebagainya," kata Akbar kepada Bisnis, dikutip Selasa (26/9/2023).
Terlebih, pendapatan ekspor berperan sebagai production balancing, di mana ketika demand pasar domestik mengalami pelemahan dan penurunan, maka PTKS melakukan strategi ekspor untuk tetap mendapatkan pendapatan (revenue).
Di samping itu, selain menggenjot ekspor baja, pihaknya tetap berupaya menyuplai kebutuhan baja baik domestik dengan kualitas dan harga kompetitif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 3 negara tujuan ekspor baja terbesar Indonesia selain China sampai dengan Juli 2023 untuk kode HS 72 adalah Taiwan, India dan Vietnam.
Baca Juga
Namun, KRAS membidik pasar ekspor di luar 3 negara tersebut seperti Malaysia dan negara-negara Eropa seperti Belgia, Turki, dan Italia.
"Selama ini kami memang belum melakukan ekspor ke China untuk produk baja carbon yang kami produksi," ungkapnya.
Adapun beberapa alasan absennya KRAS untuk ekspor baja ke China yakni karena pascapandemi, China sebagai produsen baja terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 1,3 miliar ton per tahun, kembali berproduksi secara normal.
Selain itu, China mayoritas memproduksi baja carbon sehingga tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan demand dalam negerinya, bahkan dengan terjadinya pelemahan demand domestik dan kelebihan produksi baja carbon, China menjadi net exportir terbesar untuk produk tersebut.
"Sebagaimana yang kita ketahui bersama justru produk-produk baja dari China lah yang masuk secara masif ke Indonesia," tuturnya.
Di sisi lain, menurut Akbar, harga ekspor untuk negara tujuan China kurang menarik bagi PTKS maupun produsen dalam negeri lainnya dikarenakan harga domestik mereka yang bisa jauh lebih murah.
Diberitakan sebelumnya, KRAS membukukan penurunan pendapatan pada semester I/2023. KRAS pun mencatatkan rugi bersih dari sebelumnya laba.
Krakatau Steel juga mencatatkan pendapatan U$984,63 juta per Juni 2023. Pendapatan bersih KRAS turun 25,48 persen year on year (yoy) dari US$1,33 miliar per semester I/2022.
Beban pokok pendapatan KRAS turun menjadi US$906,57 juta dari sebelumnya US$1,20 miliar. Namun, laba bruto KRAS tergerus menjadi US$78,05 juta pada semester I/2023 dibandingkan dengan sebelumnya US$131,21 juta.