Bisnis.com, JAKARTA - Emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) mencatatkan penurunan laba bersih 30 persen menjadi Rp4,7 triliun di 2022, dibandingkan 2021 sebesar Rp6,7 triliun. Namun demikian, analis menilai Indosat masih memiliki peluang yang menarik pascamerger dengan Hutchison 3 Indonesia.
Research & Consulting Infovesta Utama Nicodimus Anggi mengatakan prospek kinerja ISAT masih cukup prospektif ke depannya, apalagi mengingat pada 2023 merupakan tahun kampanye yang akan mendorong trafik data pengguna jaringan dan internet.
"Kemudian penghentian layanan 3G akan mendorong penurunan beban operasional dari sisi maintenance untuk 3G ini. Jadi ISAT akan bisa lebih fokus mengembangkan 5G," kata Nicodimus kepada Bisnis, Rabu (15/2/2023).
Sementara itu, Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan mengatakan dengan lebih dari 31.000 sites yang telah terintegrasi penuh dalam tahun pertama pascamerger, ISAT mengklaim integrasi jaringannya telah selesai lebih awal dari jadwal.
HP Sekuritas mencatat tahun lalu, lebih dari 8.000 sites duplikat telah dimatikan. Sementara itu, 17.000 sites lainnya ditargetkan akan dimatikan pada tahun penuh 2023.
Selain dari integrasi, Steven melihat prospek ISAT juga datang dari perbaikan laba bersih ISAT secara kuartalan pada kuartal IV/2023. Menurutnya, isasi laba bersih pada Rp835 miliar di kuartal IV/2022 lebih baik dibandingkan dengan kuartal III/2021 yang sebesar Rp475 miliar, kuartal II/2022 sebesar Rp105 miliar, kuartal I/2022 sebesar Rp44 miliar, dan kuartal IV/2021 sebesar Rp212 miliar.
Baca Juga
Steven memperkirakan ISAT dapat meningkatkan laba bersihnya pada tahun penuh 2023, dengan proyeksi Rp5,22 triliun, dan dengan perkiraan pendapatan Rp51,4 triliun.
HP Sekuritas mempertahankan rating buy pada saham ISAT, dengan target price (TP) atau target harga yang tidak berubah sebesar Rp7.900.
Meski demikian, HP Sekuritas melihat terdapat dua risiko investasi pada saham ISAT. Risiko pertama adalah belanja modal yang diperlukan akan lebih tinggi untuk ekspansi jaringan dan infrastruktur, yang bisa menyebabkan laba ISAT mengalami penurunan. Adapun risiko kedua adalah tingginya kompetisi pada bisnis selular.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.