Bisnis.com, JAKARTA — Pengelola jasa perhotelan, PT Hotel Sahid Jaya International Tbk. (SHID) perlahan mulai menunjukkan peningkatan kinerja setelah sempat tertekan akibat pandemi Covid-19.
Direktur Utama Hotel Sahid Jaya, Hariyadi Sukamdani menjelaskan di awal pandemi perseroan mengalami occupancy rate terendah selama 4 dekade beroperasi akibat pembatalan massal pemesanan kamar dan tempat acara, yaitu sebesar 30,52 persen.
“Namun, kini tingkat hunian mulai membaik seiring pulihnya aktivitas masyarakat,” ujar Hariyadi dalam acara paparan publik virtual, Jumat (5/8/2022).
Pada 2021, tingkat hunian Hotel Sahid naik menjadi 34 persen seiring kenaikan pendapatan sebesar 24,8 persen menjadi Rp69,42 miliar, dari Rp58,5 miliar pada 2020. Pendapatan tersebut dikontribusi oleh penjualan kamar serta makanan dan minuman.
Di sisi lain, laba kotor SHID turun 6,41 persen senilai Rp46,51 miliar dibandingkan Rp49,7 miliar pada tahun sebelumnya. Tarif kamar rata-rata naik 0,03 persen, namun tingkat hunian atau occupancy rate relatif stabil dengan kenaikan 11,4 persen.
Hariyadi menambahkan, tingkat hunian Hotel Sahid Jaya saat ini sekitar 50 persen hingga 60 persen, dan diharapkan solid di posisi 60 persen hingga akhir 2022.
Baca Juga
Untuk meningkatkan kinerja, Hotel Sahid Jaya menerapkan strategi utama dan memanfaatkan peluang, yakni meluncurkan serangkaian inisiatif produk dan layanan baru, serta menerapkan harga yang kompetitif.
Beberapa hal yang dilakukan oleh Hotel Sahid Jaya antara lain memperluas variasi produk dan jasa, peningkatan layanan perhotelan low contact, renovasi aset dan pembaruan properti, serta transisi ke energi rendah emisi.
“Kami optimistis di tahun 2022 Hotel Sahid Jaya akan mampu mengembalikan posisi pendapatan operasional yang lebih positif,” tutupnya.
Meski begitu, kinerja saham SHID belum menampakkan pergerakan yang bertumbuh signifikan dalam sepekan.
Merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan sesi pertama Jumat, (5/8/2022) saham SHID terpantau stagnan dan belum mencatatkan adanya transaksi, masih parkir di posisi Rp1.725 per lembar sahamnya.
Namun secara year-to-date (ytd), saham dengan kapitalisasi pasar Rp1,93 triliun tersebut melesat 121,15 persen dari posisi harga Rp780.