Bisnis.com, JAKARTA – Perang antara Rusia dan Ukraina membawa aliran permintaan batu bara sebagai bahan bakar dari Eropa ke Indonesia, termasuk ke PT Indika Energy Tbk. (INDY).
Meskipun sedang berupaya melakukan peralihan ke sektor non-batu bara, emiten bersandi INDY ini menyebut juga mendapat tambahan permintaan dari Eropa.
“Kami melihat adanya kenaikan permintaan batu bara dari Eropa, namun perlu memperhatikan kesesuaian spesifikasi dan karateristik batubara yang diperlukan,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip Selasa (5/7/2022).
Namun demikian, hingga saat ini INDY belum melakukan revisi target produksi sambil terus melihat perkembangannya.
”Jika permintaan dan harga terus meningkat, kami akan mempertimbangkan pengajuan kenaikan produksi,” imbunya.
Sepanjang kuartal II/2022, volume penjualan batu bara Indika Energy mayoritas disalurkan untuk ekspor, yaitu sebanyak 5,4 juta ton. Sementara itu, untuk pasar domestik 2,6 juta ton.
Baca Juga
Dari sisi pangsa pasar, emiten bersandi INDY tersebut melakukan ekspor terbesar ke China sebanyak 37 persen, ke Asia Tenggara 15 persen, India 7 persen, Taiwan 4 persen, Korea Selatan 3 persen, Jepang 2 persen, dan sisanya ke Indonesia 32 persen.
Meskipun mendapatkan tambahan permintaan, Ricky mengunfkapkan bahwa INDY tetap fokus meningkatkan pendapatan hingga minimal 50 persen dari sektor non-batubara serta memperkuat diversifikasi ke sektor non-batubara termasuk energi surya, solusi berbasis alam, dan kendaraan listrik.
Pada perdagangan Selasa (5/7/2022), saham INDY tercatat mengalami kenaikan 5,53 persen atau 120 poin ke 2.290. Saham emiten dengan kapitalisasi pasar Rp11,93 triliun itu hari ini dilego asing senilai Rp11,85 miliar.
Selama tahun berjalan 2022, harga saham INDY sudah tumbuh 48,33 persen (year to date/ytd). Sementara itu, pertumbuhan harga saham Indika Energy tahun lalu mencapai 72,83 persen (year on year/yoy).