Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan pemangkasan pajak impor CPO dinilai akan berdampak positif terhadap kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI).
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Frankie Wijoyo Prasetio memaparkan, kinerja AALI sepanjang tahun 2021 lalu tergolong gemilang. Hal ini tercermin dari pertumbuhan perusahaan yang tumbuh cukup signifikan dan diprediksi menembus Rp20 triliun secara tahunan.
Ia memaparkan, pertumbuhan kinerja AALI tidak luput dari kenaikan harga CPO dunia. Hal ini juga ditopang oleh beberapa faktor utama seperti kenaikan harga minyak mentah dunia dan minyak nabati selain CPO, produksi CPO Malaysia yang stagnan.
“Permintaan yang tinggi setelah dunia bangkit dari pandemi covid-19 juga menjadi faktor pertumbuhan kinerja perusahaan,” jelasnya pada Rabu (16/2/2022).
Frankie menuturkan, pengurangan pajak impor CPO India dari 7,5 persen menjadi 5 persen diproyeksikan akan mendorong permintaan dari India. Hal ini berpotensi menjadi katalis untuk kelanjutan kenaikan harga CPO.
Seiring dengan hal tersebut, Frankie mengatakan kebijakan ini akan berimbas positif bagi kinerja AALI. Hal ini mengingat India merupakan salah satu negara tujuan ekspor perusahaan dengan tingkat permintaan yang cukup tinggi selain China.
Baca Juga
“AALI masih memiliki ruang untuk bertumbuh selaku salah satu produsen CPO terbesar di Indonesia, walaupun dengan adanya kebijakan domestic market obligation (DMO) 20 persen CPO,” lanjut Frankie.
Frankie masih menyematkan rekomendasi beli (buy) untuk AALI mengingat potensi pertumbuhan penerimaan pada tahun ini. Ia mematok target harga AALI pada 2022 di level Rp14.000 per saham.
Sebelumnya, dikutip dari Aljazeera, pada pekan lalu India resmi memangkas pajak impor CPO dari 7,5 persen menjadi 5 persen. Pemotongan pajak yang dikenal sebagai Agriculture Infrastructure and Development Cess (AIDC) tersebut dilakukan pemerintah guna mengendalikan harga CPO dan membantu perusahaan pemurnian dan konsumen domestik.
Pemangkasan pajak tersebut dilakukan menyusul lonjakan harga CPO Malaysia ke rekor tertinggi sepanjang masa. Hal ini membuat minyak sayur kurang kompetitif dibandingkan pesaingnya, minyak konsumsi.
“Setelah pemangkasan AIDC, perbedaan pajak impor antara CPO dan minyak sawit olahan akan melebar menjadi 8,25 persen,” jelas Direktur Eksekutif Solvent Extractors' Association of India (SEA) yang berbasis di Mumbai.
Mehta melanjutkan, kebijakan ini akan mengurangi tekanan pada kilang-kilang lokal. Meski demikian, menurutnya pemerintah perlu memperlebar jarak pajak ini menjadi 11 persen untuk mendorong industri lokal.