Bisnis.com, JAKARTA – Efek kenaikan harga jagung dinilai akan terlihat pada kinerja emiten unggas PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) pada kuartal mendatang.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, Frankie Wijoyo Prasetio memaparkan, kenaikan harga bahan baku utama pakan ternak seperti jagung dan kedelai yang telah naik signifikan melebihi harga acuan, memang bakal berdampak pada semua kalangan yang memiliki lini bisnis peternakan, terutama emiten unggas.
Kendati demikian, ia mengatakan, emiten-emiten pakan ternak seperti JPFA dan CPIN telah memiliki manajemen terhadap ketersedian bahan baku pakan ternak. Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi kenaikan harga komoditas bahan baku pakan ternak seperti saat ini.
“Jadi, untuk sementara waktu kinerjanya masih bisa stabil dan cenderung bertumbuh mengingat harga jual pakan ternaknya juga naik, dimana bahan bakunya dibeli di harga yang belum naik signifikan sebelumnya,” jelas Frankie saat dihubungi Bisnis, baru-baru ini.
Meski demikian, Frankie juga menjelaskan, dampak dari kenaikan harga bahan baku pakan ternak terhadap JPFA dan CPIN baru akan terlihat pada kuartal selanjutnya. Hal ini mengingat emiten-emiten tersebut tetap perlu membeli bahan baku secara berkelanjutan walaupun harganya sudah naik.
“Hal ini bisa saja meningkatkan harga pokok produksi dan menekan laba bersihnya,” lanjut Frankie.
Baca Juga
Sementara itu, penurunan harga telur disebabkan oleh over supply di pasaran seiring dengan permintaan telur yang cenderung stabil namun produksinya melebihi permintaan. Hal ini juga diperparah oleh kenaikan harga pakan ternak.
Frankie mengatakan, bagi petani mandiri, kondisi tersebut memang memberatkan lantaran mereka memiliki batasan fasilitas dan permodalan yang mumpuni. Dengan demikian, peternak mandiri rentan terdampak oleh fluktuasi harga komponen pakan.
Namun, menurutnya dampak terhadap emiten unggas dan pakan ternak dinilai tidak terlalu signifikan. Hal ini mengingat emiten-emiten tersebut memiliki diversifikasi lini bisnis usaha yang terintegrasi.
“Hal ini dapat menopang kinerja emiten walaupun memang akan sedikit tertekan dengan kenaikan bahan baku pakan ternak,” jelasnya.
Selanjutnya, Frankie mengatakan baik JPFA maupun CPIN sudah terapresiasi terhadap pertumbuhan kinerja di semester I/2021. Ia mencontohkan, JPFA telah rebound dari level terendah di kuartal III/2020 di level Rp1.545 menuju kisaran Rp1.900.
Frankie menuturkan, harga saham keduanya masih berpotensi tertekan karena sentimen harga ayam pedaging yang turun dan harga pakan ternak naik. Namun, kedua emiten ini memiliki produk yang tetap dibutuhkan oleh masyarakat luas untuk kebutuhan konsumsi, sehingga tetap memiliki ruang untuk bertumbuh.
“Untuk JPFA direkomendasikan untuk di koleksi di level support di Rp1.700 dengan target harga Rp2.000. Untuk CPIN bisa dipertimbangan untuk entry jika menyentuh level Rp6.000 - Rp6.200 dengan target Rp6.700,” pungkasnya.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.