Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah agresivitas aksi galang modal tambahan bank-bank mini, manuver PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) justru tampak melamban. Berbulan-bulan sejak diumumkan, perseroan urung juga menetapkan tanggal eksekusi rights issue mereka.
Manajemen BANK telah mengumumkan rencana menambah modal via rights issue sejak April 2021. Belum kunjung adanya kejelasan soal realisasi aksi korporasi ini terindikasi berkaitan dengan belum terbitnya izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Presiden Direktur PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) Dyota Marsudi./Istimewa
1. Rights Issue Aladin Syariah (BANK) ‘Tersandung’ Kelulusan Direksi?
Setelah melakukan perombakan direksi, sederet nama direksi baru BANK termasuk para eks petinggi OVO memang masih dalam proses uji kelayakan atawa fit and proper test OJK.
Sejauh ini, dari 7 nama di dewan direksi, baru 3 orang yang telah lolos uji kelayakan OJK. Sedangkan pada pos komisaris, sekitar separuh dari nama yang ada juga masih dalam proses uji kelayakan.
Pembahasan selanjutnya dapat Anda baca di sini.
2. Misi Triliunan Rupiah Grup MNC Demi Perkuat Ekosistem Digital
Berbanding terbalik dengan BANK, PT Bank MNC International Tbk. (BABP) sejauh ini melenggang mulus. Meski kalah cepat dalam mengumumkan rencana rights issue, BABP justru telah mengantongi izin efektif OJK per Selasa (31/8/2021) lalu.
Tak kurang dari Rp4,52 triliun bakal diincar BABP dari rights issue yang bakal dieksekusi bulan ini tersebut. Namun, nominal ini sebenarnya hanyalah bagian kecil dari rencana besar-besaran Grup MNC.
Berdasarkan data sementara per pekan ini, emiten-emiten Grup MNC setidaknya telah mengeksekusi dan merencanakan penghimpunan modal dengan nominal total Rp9,87 triliun melalui beberapa skema. Mulai dari rights issue, private placement, bahkan penerbitan obligasi.
Ulasan lebih lanjut dapat Anda baca di sini.
Articulated dump truck mengangkut material pada pengerukan lapisan atas di pertambangan nikel PT. Vale Indonesia di Soroako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (28/3/2019)./ANTARA FOTO-Basri Marzuki
3. Adu Kinclong Prospek ANTM vs INCO, Siapa yang Menarik?
Dua emiten tambang beraroma pelat merah, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) sama-sama acap mendapat pandangan positif dari analis. Hal tersebut agaknya bukan sesuatu yang berlebihan, mengingat keduanya punya prospek yang masih relatif cerah untuk jangka panjang.
Namun, dari kedua emiten tersebut, siapa yang memiliki potensi lebih menjanjikan?
Pembahasan lebih lanjut dapat Anda baca di sini.
Tampilan layar menampilkan Menteri BUMN Erick Thohir memberikan sambutan saat Pelepasan Jelajah BUMN 2021 #BUKANJAGOKANDANG di Jakarta, Kamis (29/7/2021)./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
4. Alasan Generali hingga Bos Northstar Kepincut Emiten Erick Thohir (MARI)
Meski dirundung sentimen kinerja yang masih minus, PT Mahaka Radio Integra Tbk. (MARI) masih menjadi salah satu emiten yang sahamnya diburu investor. Bukan cuma investor ritel, belakangan investor institusi seperti PT Asuransi Jiwa Generali juga menambah kepemilikan sahamnya.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kepemilikan perusahaan asuransi yang telah beroperasi di Indonesia sejak 2009 itu bertambah dari 293,47 juta lembar per 30 Agustus 2021 menjadi 312,52 juta pada 31 Agustus 2021. Dengan akumulasi kepemilikan itu, persentase Asuransi Generali naik dari sebelumnya 5,59 persen menjadi 5,95 persen.
Selain investor, belakangan MARI juga makin rajin memikat ketertarikan perusahaan moda ventura untuk datang mendanai Noice, platform podcast rintisan mereka.
Ulasan lebih lengkap dapat Anda baca di sini.
Pekerja melakukan pengecekan akhir livery masker pesawat yang terpilih sebagai pemenang, sebelum peluncuran pesawat Garuda Indonesia Boing 737-800 NG bercorak khusus yang menampilkan visual masker bertema "Indonesia Pride" pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten./ANTARA FOTO-Muhammad Iqbal
5, Kejar Cuan Tebal, Ini Strategi Induk Garuda (GIAA)-Angkasa Pura
Induk usaha BUMN pariwisata PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) mengajukan penyertaan modal negara sebesar Rp3,3 triliun untuk mendanai bisnis dan mengejar laba pada tahun depan.
Direktur Project Management Office (PMO) Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung Edwin Hidayat menjelaskan dana jumbo itu akan digunakan untuk menambah pesawat di tengah pemulihan aktivitas penerbangan.
Emiten maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) memang merupakan bagian dari holding BUMN Pariwisata. Adanya prospek penyertaan modal ini menjadi secercah penambal dahaga di tengah babak belur kinerja perusahaan.
Pembahasan selanjutnya dapat Anda ikuti di sini.