Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Tapering The Fed Terhadap Pasar SBN Indonesia Diyakini Hanya Sesaat

Analis memprediksi dampak tapering terhadap pasar SUN Indonesia kali ini akan lebih terbatas bila dibandingkan dengan tahun 2013.
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pengurangan pembelian aset oleh The Fed atau tapering off pada akhir tahun ini diyakini hanya akan berimbas negatif terhadap pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia dalam jangka pendek. Likuiditas domestik serta langkah antisipatif bank sentral akan menjadi katalis positif yang dapat menekan isu tersebut.

Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie mengatakan, sejauh ini pasar Surat Utang Negara (SUN) bergerak sideways dengan kecenderungan negatif. Munculnya indikasi pelaksanaan tapering yang lebih cepat menurut Roby berpotensi menekan pergerakan imbal hasil (yield) SUN Indonesia.

Data dari laman Asian Bonds Online ADB mencatat, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara Indonesia seri acuan 10 tahun berada pada kisaran 6,17 persen. Selama 1 pekan terakhir, yield SUN Indonesia tercatat menguat 20 basis poin.

Kendati demikian, Roby memprediksi dampak tapering terhadap pasar SUN Indonesia kali ini akan lebih terbatas bila dibandingkan dengan tahun 2013. Hal ini seiring dengan porsi kepemilikan asing pada surat berharga negara (SBN) saat ini yang sudah jauh menurun.

“Kepemilikan asing yang lebih rendah berarti tekanan outflownya juga akan lebih rendah,” katanya saat dihubungi pada Senin (30/8/2021).

Berdasarkan data dari laman Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, hingga 19 Agustus 2021, tingkat kepemilikan asing pada Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia tercatat sebesar Rp974,70 triliun atau 22,54 persen dari total surat utang.

Jumlah tersebut lebih rendah secara persentase dibandingkan kepemilikan asing pada periode Desember 2020 lalu, dimana asing memiliki 25,16 persen atau Rp973,91 triliun dari SBN Indonesia yang dapat diperdagangkan.

Roby melanjutkan, dampak negatif tapering The Fed juga semakin diredam oleh upaya Bank Indonesia (BI) untuk stabilisasi pasar yang signifikan kali ini. Sehingga, dalam jangka pendek tekanan yield akan mampu diimbangi oleh kehadiran investor domestik.

“Namun, secara jangka panjang tentu ada risiko tren kenaikan yield seiring dengan kenaikan suku bunga The Fed pasca tapering off,” tambahnya.

Senada, Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan imbas tapering off terhadap pasar SBN Indonesia akan terbatas. Ia menjelaskan, kebijakan tapering off juga akan dibarengi dengan pelemahan yield obligasi AS (US Treasury) memasuki November 2021.

“Karena memasuki November 2021, frekuensi penerbitan US Treasury juga akan mulai berkurang. Yield US Treasury nantinya akan bergerak normal setelah The Fed menaikkan suku bunga,” jelasnya.

Ia mengatakan, kebijakan ini memunculkan potensi risiko aksi jual dari investor asing di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini akan berdampak pada depresiasi rupiah dan pelemahan imbal hasil SUN Indonesia.

Kendati demikian, Fikri mengatakan dampak tersebut hanya akan terjadi secara sementara. Menurutnya, sentimen neraca dagang Indonesia yang tetap positif di sisa tahun ini dapat menopang pergerakan imbal hasil SUN.

Ia melanjutkan, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) seri acuan 10 tahun Indonesia masih berpotensi menguat hingga ke level 6 persen pada akhir 2021. Hal ini akan ditopang oleh sentimen perpanjangan burden sharing antara pemerintah dan Bank Indonesia.

“Outlook ini turut ditopang oleh likuiditas pada pasar domestik yang masih melimpah,” ujar Fikri.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper