Bisnis.com, JAKARTA – Hasil penawaran pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara pada Selasa (15/6/2021) besok berpeluang kembali mencatatkan rekor tertinggi tahun ini. Likuiditas dalam negeri yang melimpah serta kondisi ekonomi yang cenderung stabil menjadi sentimen utama.
Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, minat investor pada lelang sukuk Selasa besok masih akan tetap tinggi. Ia mengatakan, hasil lelang besok masih berpeluang memecahkan rekor penawaran tertinggi yang dicapai 2 pekan lalu
“Kemungkinan menyamai hasil lelang sebelumnya sekitar Rp45 triliun atau naik 10 persen sampai 15 persen dari angka tersebut ,” katanya saat dihubungi pada Senin (14/6/2021).
Fikri memaparkan, prospek lelang yang lebih baik didukung oleh likuiditas domestik yang melimpah. Hal ini seiring dengan fungsi penyaluran kredit di sektor perbankan yang belum berjalan secara optimal.
Guna mengamankan dananya, sektor perbankan kemungkinan akan kembali masuk pada instrumen sukuk atau Surat Utang Negara (SUN) yang relatif stabil. Fikri memprediksi tren ini masih akan berlangsung dalam jangka pendek.
Katalis positif lain yang mendukung minat investor pada lelang sukuk adalah stabilnya nilai tukar rupiah. Fikri memaparkan, dengan nilai tukar yang stabil dan cenderung menguat, maka persepsi risiko investor terhadap pasar Indonesia akan semakin rendah.
Baca Juga
“Penurunan risiko ini juga telah terlihat dari penguatan yield SUN Indonesia dan turunnya yield US Treasury,” lanjutnya.
Data dari laman Kementerian Keuangan AS mencatat, pergerakan yield US Treasury sepekan terakhir menunjukkan pelemahan. Pada periode 7 Juni– 11 Juni, imbal hasil surat utang AS terpantau terus melemah hingga ke titik terendahnya pada 1,45 persen, Kamis (10/6/2021) sebelum naik ke level 1,478 persen sehari setelahnya.
Sementara itu, data dari laman World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) Indonesia seri acuan 10 tahun berada di kisaran 6,436 persen. Dalam sebulan terakhir, pergerakan yield SUN Indonesia terpantau menguat 5,2 basis poin.
Meski demikian, Fikri juga tidak memungkiri adanya sejumlah risiko yang dapat menahan minat investor untuk berpartisipasi pada lelang besok. Ia mengatakan, investor memperhatikan lonjakan kasus positif harian virus corona di Indonesia yang sempat bertambah hingga sekitar 9.000 kasus, atau terbanyak sejak Lebaran lalu.
Selain itu, investor juga akan menanti kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia dan bank sentral AS, The Fed, dalam hal suku bunga acuan. Hal tersebut menyusul langkah hawkish yang ditempuh sejumlah bank sentral negara lain seperti di Rusia.
“Hal itu menandakan pemulihan ekonomi telah berjalan dengan cepat dan dapat menahan niat investor untuk ikut lelang sukuk. Tetapi, dari kondisi sejauh ini sepertinya Bank Indonesia dan The Fed akan tetap menganut kebijakan moneter akomodatif,” jelas Fikri.
Risiko lain yang dihadapi pasar sukuk Indonesia pada lelang besok adalah adanya imported inflation. Hal tersebut terjadi menyusul kenaikan harga minyak dunia yang akan ikut mempengaruhi konsumsi dan harga minyak di Indonesia.
Adapun dalam 2 edisi lelang terakhir, penawaran yang dihimpun pemerintah menunjukkan kenaikan. Lelang 4 Mei berhasil menghimpun penawaran sebesar Rp19,9 triliun yang Rp10 triliun diantaranya diserap oleh pemerintah.
Selanjutnya, pada lelang 2 Juni lalu, pemerintah mencatatkan hasil penawaran pada lelang sukuk yang tertinggi sepanjang tahun 2021 setelah menghimpun penawaran Rp44,64 triliun. Dari jumlah tersebut, pemerintah menyerap sebanyak Rp11 triliun.
Hasil Penawaran Lelang SBSN Indonesia Tahun 2021
Tanggal Penawaran | Penawaran (Rp Triliun) | DImenangkan (Rp Triliun) |
---|---|---|
12/01/2021 | 24,27 | 11,3 |
26/01/2021 | 23,34 | 9 |
09/02/2021 | 26,1 | 12 |
23/02/2021 | 24,23 | 4,99 |
09/03/2021 | 17,97 | 4,495 |
23/03/2021 | 17,16 | 6,396 |
06/04/2021 | 14,55 | 7,34 |
20/04/2021 | 17,9 | 7,365 |
04/05/2021 | 19,9 | 10 |
02/06/2021 | 44,64 | 11 |
Sumber: DJPPR Kemenkeu