Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Loyo, IHSG Hijau Ditopang HMSP dan ASII

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mempertahankan penguatannya di zona hijau pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (16/7/2020), saat bursa Asia melemah.
Pengunjung memotret layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/7/2020). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung memotret layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (27/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mempertahankan penguatannya di zona hijau pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (16/7/2020), saat bursa Asia melemah.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menyentuh level 5.094,75 dengan kenaikan 18,95 poin atau 0,37 persen pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (15/7/2020), IHSG berakhir di level 5.075,80 dengan koreksi 0,07 persen atau 3,32 poin.

Indeks terpantau mulai bangkit dari zona merah dengan naik 0,30 persen atau 15,43 poin ke level 5.091,23 pada Rabu. Sepanjang perdagangan hingga akhir sesi I, IHSG bergerak dalam kisaran 5.075,83 – 5.107,26.

Sebanyak 5 dari 9 sektor menetap di zona hijau pada akhir sesi I, dipimpin aneka industri (+2,43 persen) dan barang konsumer (+1,41 persen). Empat sektor lainnya mendarat di zona merah, dipimpin properti (-0,54 persen).

Dari 696 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 188 saham menguat, 208 saham melemah, dan 300 saham stagnan.

Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing naik 3,81 persen dan 2,91 persen menjadi pendorong utama IHSG pada akhir sesi I.

Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, IHSG berpotensi menguat didorong sentimen domestik. Pada Rabu (15/7), Badan Pusat Statistik melaporkan neraca perdagangan Juni 2020 mengalami surplus sebesar US$1,27 miliar.

Surplus ini dipicu oleh posisi ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor. Kinerja ekspor Juni 2020 mencapai US$12,03 miliar, naik 2,28 persen secara year-on-year (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$11,76 miliar.

Sementara itu, impor pada Juni 2020 tercatat sebesar US$10,76 miliar atau turun -6,36 persen dibandingkan tahun lalu sebesar US$11,50 miliar.

“Hari ini investor menunggu hasil RDG-BI yang akan memutuskan [suku bunga] 7-DRRR yang berdasarkan konsensus diprediksi akan kembali dipotong 25 bps menjadi 4 persen dari level sekarang 4,25 persen,” papar Samuel Sekuritas melalui publikasi riset harian.

Berbanding terbalik dengan IHSG, indeks saham lainnya di Asia mayoritas tampak bergerak di zona merah, antara lain indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang yang masing-masing terkoreksi 0,55 persen dan 0,71 persen.

Kemudian, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing turun tajam 1,41 persen dan 1,59 persen, Hang Seng Hong Kong melorot 1,17 persen, dan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,55 persen pukul 11.42 WIB.

Bursa Asia melemah pascarilis serangkaian data ekonomi di China yang menunjukkan bahwa jalur pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 tidak merata.

Produk domestik bruto (PDB) China dilaporkan berekspansi 3,2 persen pada kuartal II/2020 dari tahun sebelumnya. Tak hanya lebih baik dari dari proyeksi median sebesar 2,4 persen, capaian tersebut memutar balik kontraksi sebesar 6,8 persen pada kuartal I/2020.

Laporan yang sama menunjukkan produksi industri meningkat 4,8 persen, penjualan ritel menyusut 1,8 persen, dan investasi aset tetap turun 3,1 persen pada paruh pertama tahun ini.

“Masalahnya adalah [pemulihan] masih tidak merata, ketika kegiatan perekonomian kembali dibuka,” ujar Kepala ekonom China di Bank of America Corp. Helen Qiao.

“Sulit untuk melihat bagaimana China dapat tetap pada pijakan yang kuat saat seluruh dunia masih menghadapi resesi yang sangat dalam,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.

Berbeda dengan IHSG, nilai tukar rupiah berbalik melemah 37 poin atau 0,25 persen ke level Rp14.625 per dolar AS siang ini, setelah sempat menguat hingga ke level Rp14.560.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper