Bisnis.com, JAKARTA – Emiten infrastruktur PT Cikarang Listrindo Tbk. bakal terus melakukan pembelian kembali (buyback) saham dengan dana tersisa Rp17,63 miliar.
Investor Relation & Corporate Finance Cikarang Listrindo Rani Maheswari Miraza mengatakan program pembelian kembali saham akan terus berlangsung sampai April tahun ini. Saat ini emiten berkode saham POWR itu memiliki sisa dana sebesar Rp17,63 miliar dengan target pembelian sekitar 8,37 juta saham.
Perseroan telah melakukan program pembelian sejak 2018 dengan target sebesar 321,74 juta saham yang menggunakan dana senilai Rp295,88 miliar. Adapun realisasinya sampai dengan Januari mencapai 313,37 juta saham setara dengan Rp278,25 miliar.
“Program buyback akan terus berlangsung sampai April 2020 seperti yang telah disetujui pemegang saham. Strategi pembelian kami mempertimbangkan waktu dan tergantung situasi perkembangan pasar, pembelian pun dilakukan melalui bursa,” katanya kepada Bisnis pada Senin (14/2).
Meski telah melaksanakan program pembelian kembali, saham POWR masih tercatat turun 21,50 persen selama tahun berjalan dan 6,55 persen dalam setahun penuh. Rani menyebutkan penurunan ditengarai oleh faktor perkembangan ekonomi yang terkena dampak epidemi virus korona.
POWR, lanjutnya, tetap melakukan pembelian karena dapat meningkatkan laba per saham dan jumlah dividen per lembar yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham. Selain itu dapat meningkatkan dan memberikan fleksibilitas untuk mencapai struktur permodalan yang lebih efisien bagi perseroan.
Rani menambahkan perseroan tengah mengkaji kebutuhan program buyback lanjutan setelah menyelesaikan sisa Rp17,63 miliar. “Aksi buyback selanjutnya akan diputuskan saat RUPS berikutnya dengan mempertimbangkan situasi perkembangan pasar dan kondisi keuangan Perusahaan,” katanya.
Dihubungi secara terpisah, Head of Research Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan aksi buyback yang dilakukan perseroan adalah cerminan dari saham yang dianggap undervalued atau murah. Menurutnya, program itu sah saja dilaksanakan ketika pasar tengah lesu.
“Toh, rencana buyback itu nggak mesti dilaksanakan juga tapi setidaknya memberikan gambaran pada investor bahwa harga sudah murah,” pungkasnya.