Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) jatuh ke level terlemah sejak awal Agustus 2019 pada Senin (30/9/2019), setelah ekspor sawit Malaysia dilaporkan merosot pada bulan ini.
Mengutip Bloomberg, AmSpec Malaysia melaporkan ekspor CPO Malaysia pada September 2019, tercatat sebesar 1.304.204 ton atau jatuh 21 persen dari bulan sebelumnya.
Data Bloomberg memperlihatkan hingga Senin (30/9) pukul 14.38 WIB, harga CPO kontrak Desember 2019 di Bursa Derivatif Malaysia turun 1,16 persen atau 25 poin ke posisi 2.124 ringgit per ton. Hal itu merupakan penurunan harian terendah sejak bulan lalu.
Dengan hasil ini, harga CPO melanjutkan pelemahan di sesi pembuka sebesar 0,19 persen atau 4 poin ke posisi 2.145 ringgit per ton.
Secara keseluruhan, sejak awal 2019, harga minyak kelapa sawit baru menguat 3,19 persen.
Padahal, pasar CPO sempat optimistis setelah dalam konferensi di Mumbai, India pada Jumat (27/9), analis Dorab Mistry memperkirakan adanya pemangkasan produksi kelapa sawit di Indonesia.
Baca Juga
Seperti dikutip dari Reuters, dia memprediksi harga acuan sawit akan naik ke level 2.500 ringgit per ton pada Maret 2020, karena cuaca panas di Asia Tenggara membatasi produksi minyak nabati tersebut. Proyeksi itu didasarkan pada asumsi harga minyak mentah Brent berada di kisaran US$60-US$80 per barel.
“Banyak yang akan tergantung pada harga Brent dan implementasi B30 Indonesia,” terang Mistry.
Dia menambahkan kabut asap dan cuaca kering di Indonesia dan Malaysia, yang bersama-sama menghasilkan hampir 90 persen minyak sawit dunia, diperkirakan mengurangi pertumbuhan produksi sawit dari paruh kedua tahun ini hingga awal 2020.
Mistry merevisi turun prospek produksinya untuk produsen utama Indonesia menjadi 43 juta ton pada 2019 dibandingkan 42 juta ton pada 2018.
Sathia Varqa, pemilik Palm Oil Analytics, mengatakan perkiraan pelemahan produksi sawit gagal untuk menawarkan momentum positif.
“Terutama karena muramnya ekspor [CPO Malaysia] pada September 2019,” ungkapnya.