Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Vision Akuisisi 60 Persen Saham K-Vision

PT MNC Vision Networks Tbk. mengakuisisi 60 persen saham K-Vision, perusahaan penyedia layanan televisi berbayar untuk meningkatkan basis pelanggan di segmen menengah ke bawah. 
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi (kiri) menyerahkan piagam kepada Direktur Utama PT MNC Vision Networks Tbk. Ade Tjendra saat pencatatan perdana saham, di Jakarta, Senin (8/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi (kiri) menyerahkan piagam kepada Direktur Utama PT MNC Vision Networks Tbk. Ade Tjendra saat pencatatan perdana saham, di Jakarta, Senin (8/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA—PT MNC Vision Networks Tbk. mengakuisisi 60 persen saham K-Vision, perusahaan penyedia layanan televisi berbayar untuk meningkatkan basis pelanggan di segmen menengah ke bawah. 

Dalam keterangan resminya yang dikutip Selasa (16/7/2019), emiten berkode IPTV itu ingin meningkatkan pelayanan saluran televisi berbayar sehingga bisa menguasai segmen pasar menengah ke bawah. 

Ade Tjendra, Direktur Utama PT MNC Vision Networks Tbk., mengatakan pihaknya optimistis mampu menjaring segmen pasar yang lebih luas melalui akuisisi tersebut. Perseroan akan menggunakan saluran distribusi K-Vision yang memiliki 3.000 agen distribusi yang bisa digunakan untuk memperkuat basis pelanggan.

Dia menargetkan bisa mendapat pelanggan baru sebanyak 200.000 pelanggan setiap bulannya. Adapun, K-Vision penyedia layanan siaran satelit pada frekuensi KU-band yang menggunakan vocer prabayar. 

Sementara itu, MNC Vision Networks melalui MNC Play yang telah menggantikan nama Indovision memiliki beberapa layanan tv berbayar dengan harga variatif yakni mulai dari Rp109.000 perbulan hingga Rp269.900 perbulan. 

“Setelah akuisisi ini, Perseroan menargetkan untuk mencapai 200.000 pelanggan baru per bulan,” katanya. 

Bisnis telah menghubungi Investor Relation MNC Vision Networks, Luthan Fadel Putra namun dia enggan berkomentar tentang akuisisi tersebut. 

Sebagai informasi, MNC Vision Networks memiliki pangsa pasar sebesar 96% untuk layanan televisi berbayar berbasis direct-to-home (DTH). Pada akhir tahun 2018, perseroan memiliki pelanggan sebanyak 2,4 juta. Selain pada bisnis televisi berbayar, perseroan pun mengembangkan jaringan serat optik dengan 262.000 pelanggan. 

Dihubungi terpisah, Kepala Riset PT Koneksi Kapital, Alfred Nainggolan mengatakan akuisisi tersebut masih sejalan dengan anak usaha perseroan yang bergerak di layanan televisi berbayar. Kendati belum diketahui nilai transaksinya, dia menyebut transaksi tersebut tak signifikan dari sisi ukuran. 

“Masih linier dengan bisnis saat ini bahwa ini bukan transaksi material. Walaupun belum tahu nilai akuisisinya, tetapi ini non material, enggak signifikan dari sisi size,” katanya. 

Menurutnya, langkah akuisisi ditempuh untuk memperbesar kemampuan prospek bisnis saluran televisi berbayar dan jaringan internet kabel. Pasalnya, kompetitor di bisnis yang sama tergolong pemain eksisting yang cukup besar seperti unit usaha Telkom di jaringan serat optik dan Transmedia yang juga memiliki layanan televisi berbayar. 

Dia menilai usai melakukan penawaran saham perdana kepada publik, perseroan cukup bisa menarik minat investor setelah memiliki kondisi yang berat pada sekira empat tahun terakhir melalui akuisisi ini. 

Seperti diketahui, perseroan menjual sekira 10% saham yakni sebesar 3,52 miliar saham dengan nilai penawaran umum sebesar Rp845,28 miliar. Secara bertahap, perseroan akan melepas 10% saham tambahan setelah dana terhimpun.

Adapun, sebanyak 70% modal yang terhimpun akan digunakan untuk

mengembangkan jaringan serat optik. Sisanya, 30% modal terhimpun akan digunakan untuk memperkuat platform digital MNC Now yang akan menjadi sumber pendapatan melalui bisnis periklanan.

Dikutip dari prospektus perusahaan, perseroan yang melantai di bursa pada awal Juli ini memiliki liabilitas jangka pendek sebesar Rp4,04 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp2,07 triliun. 

Perseroan memiliki aset lancar Rp755,04 miliar pada 2016; yang naik menjadi Rp1,65 triliun pada 2017 dan Rp1,53 triliun pada 2018. Kemudian, emiten berkode IPTV itu membukukan pendapatan sebesar Rp3 triliun pada 2016 dan terus naik menjadi Rp3,14 triliun pada 2017 dan naik menjadi Rp3,22 triliun pada 2018. 

Perseroan membukukan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp208,2 miliar pada 2016 yang berangsur turun menjadi Rp127,74 miliar pada 2017 dan turun menjadi Rp69,13 miliar pada 2018. 

“Dengan strategi ini cukup bisa menarik minat investor,” katanya. 

 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper