Bisnis.com, JAKARTA - Tembaga berhasil membalikkan posisi dengan bergerak menguat pada perdagangan Selasa (25/6/2019) akibat adanya tekanan pada pasokan yang telah membayangi harga.
Pada perdagangan Selasa (25/6/2019) hingga pukul 14.20 WIB, tembaga di bursa London bergerak naik 0,5% menjadi US$5.991,5 per ton. Sementara itu, harga kontrak tembaga teraktif di bursa Shanghai bergerak naik 0,6% menjadi 47.090 yuan per ton.
Analis Asia Trade Point Futures Dewa Cahyo Dewanto mengatakan bahwa berlanjutnya aksi mogok kerja di salah satu tambang terbesar di Chili, Chuquicamata, membuat pasokan tembaga berada dalam tekanan sehingga membantu harga naik.
"Diperkirakan pemogokan ini menghentikan pasokan sebanyak 10.000 metrik ton ke pasar dan membuat tembaga berhasil berbalik naik," ujar Cahyo kepada Bisnis.com, Selasa (25/6/2019).
Pekerja di tambang tembaga milik Codelco menolak tawaran rujuk dari perusahaan dan melanjutkan aksi mogoknya yang telah berlangsung sejak pertengahan Juni lalu untuk perawatan kesehatan dan pensiun yang lebih baik dari produsen tembaga terkemuka dunia.
Selain itu, dolar AS yang bergerak melemah akibat prospek pelonggaran moneter oleh The Fed mendorong permintaan logam berdenominasi dolar AS tersebut karena menjadi lebih murah bagi investor yang menggunakan mata uang lain.
Baca Juga
Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang lainnya bergerak cenderung stabil pada level 95,989.
Cahyo memprediksi tembaga diperdagangkan pada kisaran US$5.952 per ton hingga US$6.018 per ton pada perdagangan Rabu (26/6/2019). Sementara itu, sepanjang pekan ini Cahyo memprediksi tembaga bergerak pada kisaran US$5.970,5 per ton hingga US$6.035 per ton.
Tembaga berhasil rebound setelah pada perdagangan sebelumnya ditutup melemah di saat mayoritas logam industri lainnya menguat.
Pelemahan tersebut dikarenakan menguatnya ekspektasi pelemahan pertumbuhan ekonomi global seiring ramainya pejabat bank sentral seluruh dunia yang berencana menurunkan suku bunga untuk mengejar target inflasi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor industri diperkirakan juga melemah dan permintaan tembaga sebagai bahan baku penting sektor industri akan terkena dampaknya.
Walaupun demikian, mengutip publikasi riset Bank ANZ, perdagangan tembaga saat ini lebih didominasi oleh sentimen pasokan yang lebih ketat dibandingkan dengan proyeksi permintaan.
"Masalah-masalah sisi penawaran melebihi kekhawatiran tentang latar belakang ekonomi. Harga tembaga tetap didukung oleh pemogokan yang sedang berlangsung di tambang tembaga Codquco Chuquicamata," mengutip riset Bank ANZ seperti dikutip dari Reuters, Selasa (25/6/2019).
International Copper Study Group mengatakan dalam publikasi terbarunya, pasar tembaga sulingan global menunjukkan defisit sebanyak 51.000 ton pada Maret, dibandingkan dengan surplus 72.000 ton pada Februari lalu.