Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tembaga Kembali Terdepresiasi Akibat Perang Dagang

Tembaga kembali jatuh pada perdagangan Senin (13/5/2019), tertekan oleh kekhawatiran atas prospek perlambatan ekonomi global dan konsumsi bahan baku seiring dengan kebuntuan negosiasi perdagangan AS dan China.

Bisnis.com, JAKARTA - Tembaga kembali jatuh pada perdagangan Senin (13/5/2019), tertekan oleh kekhawatiran atas prospek perlambatan ekonomi global dan konsumsi bahan baku seiring dengan kebuntuan negosiasi perdagangan AS dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (13/5/2019) pada pukul 16.42 WIB, tembaga di bursa Comex melemah 0,94% menjadi US$274,85 per pon. Sementara itu, harga tembaga di bursa Shanghai melemah 0,08% menjadi 47.720 yuan per ton. Harga tembaga di bursa London bergerak melemah 0,8% menjadi US$6.075,5 per ton.

Tembaga jatuh karena AS berencana untuk merilis detail tarif tambahan sekitar US$300 miliar untuk barang-barang China, melanjutkan keputusannya pada Jumat (10/5/2019) pekan lalu yang telah menaikkan tarif 25% untuk barang-barang China senilai US$200 miliar.

"Pasar diperdagangkan pada daftar tarif yang direncanakan tertunda pada US$300 miliar untuk barang-barang China, yang selanjutnya akan berdampak pada harga logam," ujar Wang Yue, Analis Shanghai East Asia Futures Co, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (13/5/2019).

Menurut Analis Wood Mackenzie Yanting Zhou, penerapan tarif 25% untuk barang-barang berbahan dasar tembaga dapat mengurangi permintaan China sebesar 0,5% secara tahunan.

Adapun, China merupakan negara konsumen logam terbesar di dunia sehingga penurunan permintaan dari China akan sangat mempengaruhi permintaan tembaga global.

Wood Mackenzie juga mengatakan eskalasi perang dagang dipastikan akan memperlambat pertumbuhan global menjadi hanya tumbuh 2,3% pada 2019 dibandingkan dengan 2,9% pada tahun lalu.

Sementara itu, ketua Chile Antofagasta Plc Jean-Paul Luksic mengatakan bahwa tembaga akan bergerak naik 5% hingga 10% lebih tinggi tanpa adanya eskalasi perang dagang AS dan China.

"Tanpa perang komersial tersebut, saya yakin bahwa harga tembaga akan bergerak antara US$3,20 hingga US$3,50 per pon," ujar Jean-Paul seperti dikutip dari Reuters, Senin (13/5/2019).

Meskipun harga tembaga sempat berbalik menguat pada perdagangan Jumat (10/5/2019), Jean-Paul menilai selama ketidakpastian perdagangan berlanjut maka penurunan harga juga akan terus berlanjut.

Di sisi lain untuk pergerakan logam lainnya, aluminium di bursa London jatuh 0,2%, nikel terdepresiasi 0,7%, dan seng bergerak turun 0,8%.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper