Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Sempurnakan Aturan Rights Issue, Investor Ritel Akan Lebih Terlindungi

Pembaruan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai aturan penambahan modal perusahaan terbuka dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue mendapat dukungan dari berbagai pihak. 
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memberikan sambutan saat pembukan perdagangan 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memberikan sambutan saat pembukan perdagangan 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Pembaruan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenai aturan penambahan modal perusahaan terbuka dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue mendapat dukungan dari berbagai pihak. 

Pasalnya, aturan tersebut kian menunjukkan bahwa regulator sangat peduli dengan kepentingan investor ritel yang turut menyumbangkan modal untuk perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Adapun perubahan tersebut tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan RI Nomor 14/POJK.04/2019 tentang Perubahan atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 32/POJK.04/2015 tentang Penambahan Modal Perusahaan Terbuka Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Dalam bagian penjelasan atas beleid tersebut, OJK mengungkapkan pentingnya untuk menyempurnakan aturan mengenai ketentuan penyelenggaraan RUPS, khususnya RUPS rencana rights issue perusahaan terbuka dengan tujuan selain untuk memperbaiki posisi keuangan.

Mengutip aturan tersebut, perusahaan terbuka yang ingin melakukan rights issue kini wajib mengadakan RUPS dengan ketentuan harus dihadiri lebih dari setengah pemilik saham independen, yaitu pemegang saham yang bukan pihak terafiliasi dengan perseroan, direksi, komisaris, pemegang saham utama, maupun pengendali.

Kemudian, keputusan RUPS akan sah apabila disetujui oleh kuorum yang terdiri dari setengah bagian lebih jumlah seluruh saham yang dimiliki pemegang saham independen.

Apabila tidak mencapai kuorum tersebut, emiten harus melangsungkan RUPS kedua hingga ketentuan di atas terpenuhi. Adapun penambahan modal untuk memperbaiki posisi keuangan perseroan yang dimaksud harus pula memenuhi beberapa persyaratan.

Pertama, perusahaan terbuka yang ingin rights issue merupakan bank yang menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau lembaga pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 100% dari modal modal disetor atau kondisi lain yang mengakibatkan restrukturisasi bank oleh instansi pemerintah.

Kedua, untuk perusahaan terbuka selain bank haruslah perusahaan yang memiliki modal kerja bersih negatif dan mempunyai liabilitas lebih dari 80%.

Ketiga, perusahaan terbuka yang tak mampu memenuhi kewajiban keuangan saat jatuh tempo kepada pemberi pinjaman. Selanjutnya, penambahan modal yang dapat dilakukan adalah paling banyak 10% dari jumlah saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh

Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menyampaikan, aturan tersebut menunjukkan bahwa emiten harus benar-benar mengikutsertakan publik selaku pemegang saham dalam hal pengambilan keputusan.

“Dari sisi pengambilan keputusan, harus dilihat bagaimana publik itu diikutsertakan. Sehingga interest dari pemegang saham juga terakomodasi pada saat pengambilan keputusan,” kata Nyoman di Jakarta, Senin (13/5/2019).

Dirinya melanjutkan, emiten juga harus mampu menerima konsekuensi terkait tanggung jawab dari setiap pengambilan keputusan apabila kepemilikan publik terhadap saham perusahaan meningkat nantinya. 

Adapun, saat ini Bursa Efek Indonesia menetapkan ketentuan minimal saham publik atau free float sebesar 7,5% dalam rangka menjaga likuiditas.

“Ketika sudah terikat dengan publik, perusahaan itu harus memperhatikan kepentingan dari pihak yang diajak bekerjasama yaitu masyarakat. Ini kan membangun aliansi dengan publik—semakin besar porsinya, kekuatannya semakin tinggi,” imbuh Nyoman.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper