Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melanjutkan penguatannya pada awal perdagangan hari ini, Selasa (28/8/2018), sedangkan sejumlah mata uang utama dunia bertahan kuat di tengah harapan meredanya tensi tarif global setelah Amerika Serikat (AS) dan Meksiko mencapai kesepakatan untuk merombak Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).
Dilansir dari Reuters, indeks MSCI Asia Pasifik, selain Jepang, naik 0,3%, kenaikan untuk perdagangan hari kedua berturut-turut. Indeks saham Australia bertambah 0,5% dan indeks Nikkei Jepang menguat 0,8%.
Sementara itu, pada perdagangan Senin (27/8), indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite AS mencetak rekor level tertinggi barunya dan imbal hasil obligasi naik. Harga tembaga, yang diperhitungkan sebagai barometer pertumbuhan global, pun menanjak.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Meksiko sepakat untuk merombak perjanjian NAFTA pada Senin waktu setempat. Investor berharap Kanada akan mengikuti kesepakatan tersebut, yang akan mengurangi ketidakpastian ekonomi akibat ancaman Presiden AS Donald Trump untuk membatalkan kesepakatan NAFTA.
Namun, sejumlah analis memperlakukan reli ini dengan tingkat kehati-hatian. “Berita tentang kesepakatan perdagangan AS-Meksiko telah memicu daya tarik aset berisiko,” ujar analis di ANZ dalam risetnya.
"Sulit untuk mengekstrapolasi banyak dari hal itu, karena Amerika Serikat terus memperlakukan setiap negara dan melakukan kesepakatan demi keuntungannya sendiri. Kami tetap berhati-hati terhadap reli aset berisiko saat ini, dan melihatnya berlangsung sementara.”
Para investor akan mencermati data ekonomi AS terkait angka kepercayaan konsumen yang akan dirilis hari ini waktu setempat, berikut estimasi terbaru untuk produk domestik bruto kuartal kedua.
"Kesepakatan NAFTA jelas positif sejauh itu mengurangi risiko perang perdagangan global," kata analis JPMorgan dalam risetnya. Meski demikian, mereka memperingatkan hal itu tidak secara otomatis positif untuk hasil pembicaraan dengan China.
“Terlepas dari itu, indeks saham Asia Pasifik termasuk HK/China pastinya diuntungkan dari pelemahan dolar AS dan minat untuk aset berisiko.”
Indeks dolar AS bergerak di kisaran level terendahnya dalam satu bulan terhadap sejumlah mata uang utama dunia.
Di sisi lain, pasar komoditas menunjukkan tanda-tanda optimisme pada prospek pertumbuhan ekonomi global. Harga tembaga, yang cenderung menjadi indikator momentum perindustrian, berada di kisaran level tertingginya dalam dua pekan yakni US$6.112 per metrik ton.