Bisnis.com, JAKARTA – PT Bahana TCW Investment Management memprediksi indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini dapat terkerek ke level 7.100—7.200, atau meningkat sekitar 15% dari level penutupan perdagangan akhir tahun lalu 6.355.
Direktur Investor Relation dan Chief Economist Bahana TCW Budi Hikmat menyampaikan ada beberapa faktor yang mendukung kenaikan level IHSG seperti potensi likuiditas, valuasi perusahaan, tingkat suku bunga, dan sentimen.
“[Faktor-faktor] tersebut seluruhnya positif. Target 7.100—7.200 adalah target konservatif karena dengan kenaikan peringkat investasi dari lembaga pemeringkat dan efek dari kebijakan Trump, kami harap bisa lebih baik lagi [level IHSG],” ujar Budi di Jakarta, Kamis (17/1).
Budi menjelaskan gairah investasi Tanah Air diyakini akan kian positif pada tahun depan setelah pada akhir tahun lalu Fitch Ratings menaikkan peringkat kelayakan investasi Indonesia. Faktor makro ekonomi pun terpantau stabil sehingga menurutnya, Bank Indonesia belum akan menaikkan tingkat suku bunga.
Bahana menilai akan ada dua motor penggerak IHSG yaitu perpindahan penduduk muda yang akan mendorong sektor-sektor terkait seperti perbankan, consumer goods, dan telekomunikasi. Penggerak kedua yaitu bidang komoditi yang didorong oleh sektor energi, tembaga, nikel, dan CPO.
Terkait kebijakan di Negeri Paman Sam, Budi menjelaskan perusahaan-perusahaan produsen minyak di Amerika Serikat turut merasakan pundi dari perbaikan harga komoditas tersebut.
“Harga minyak terus naik, sehingga yang diuntungkan adalah AS karena produksi mereka juga sedang naik. Di sinilah bursa AS ikut terkerek. Kalau indeks saham AS naik, indeks saham kita juga ikut naik,” terang Budi.
Faktor lain yang juga diprediksi akan melambungkan IHSG domestik adalah daya beli domestik yang akan menguat karena harga komoditas yang meningkat, dan para investor diprediksi tetap akan melirik saham sebagai pilihan instrumen investasi.