Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Emiten Properti BSDE, CTRA Cs Usai BI Tahan Suku Bunga Acuan 6%

Prospek emiten properti seperti BSDE, SMRA hingga CTRA diramal moncer tersengat keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuannya di level 6%.
Kamis, 19 Desember 2024 | 06:00
Prospek emiten properti seperti BSDE, SMRA hingga CTRA diramal moncer tersengat keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuannya di level 6%./Istimewa
Prospek emiten properti seperti BSDE, SMRA hingga CTRA diramal moncer tersengat keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga acuannya di level 6%./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham di sektor properti seperti BSDE, SMRA hingga CTRA diramal moncer tersengat keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan tingkat suku bunga acuannya di level 6% dalam rapat dewan gubernur (RDG) Desember 2024.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 17 dan 18 Desember 2024 memutuskan untuk tetap mempertahankan BI Rate sebesar 6%, bank sentral juga menetapkan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25% dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75%.

Perry mengatakan keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, serta untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak makin tingginya ketidakpastian perekonomian global akibat arah kebijakan Amerika Serikat dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai wilayah," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (18/12/2024).

Tim Riset Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer memproyeksikan sektor properti bakal menghadapi momentum beragam jelang akhir tahun 2024. Salah satu pendorong utama adalah kebijakan suku bunga BI.

“BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 6%, hal ini bisa memberikan sentimen positif bagi sektor properti, terutama untuk subsektor residensial karena tingkat suku bunga kredit properti cenderung stabil,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip pada Rabu (18/12/2024).

Di samping itu, dia menyatakan insentif terkait perpanjangan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), proyek perumahan rakyat, dan percepatan pembangunan kawasan industri menjadi dorongan tambahan.

Meski demikian, tantangan sektor properti masih meliputi daya beli masyarakat yang cenderung lemah di tengah pemulihan ekonomi yang bertahap.

“Permintaan properti di segmen menengah ke bawah diprediksi masih tertekan, sementara properti komersial seperti kawasan industri dan perkantoran menunjukkan potensi lebih baik berkat peningkatan aktivitas bisnis dan investasi,” kata Miftahul.

Sebelumnya, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menuturkan bahwa secara teknikal, saham properti dinilai oversold atau sudah banyak dijual. Indikator RSI turut memperlihatkan adanya positive divergence.

“Hal ini mengindikasikan bahwa pelemahan di sektor properti, seperti saham BSDE, SMRA, PWON, CTRA, hingga ASRI sebenarnya sudah mulai terbatas,” pungkasnya.

Seiring dengan penurunan yang mulai terbatas, Nafan menyampaikan bahwa peluang akumulasi saham di sektor properti juga terbuka cukup lebar saat ini.

Mirae menyematkan rekomendasi buy on weakness kepada PWON dengan target Rp448 per saham, lalu CTRA direkomendasikan akumulasi dengan target Rp1.140. Adapun BSDE memiliki target harga Rp1.060 dengan rekomendasi akumulasi beli.

Sementara itu, untuk tahun depan, Nafan menilai kebijakan ekspansi moneter yang kurang agresif akan menjadi salah satu faktor hambatan yang dapat memengaruhi dinamika sektor properti Tanah Air.

“Namun, semuanya tetap akan bergantung pada data makroekonomi yang dirilis, seperti tekanan inflasi dan gangguan rantai pasok. Ini dapat memengaruhi kebijakan moneter yang lebih ketat,” ucap Nafan.

Di sisi lain, pada pekan ini, pelaku investor juga akan menantikan rilis tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS),The Fed.

“Nanti kita akan mengetahui sejauh mana dot plot disesuaikan, sehingga memberikan gambaran tentang kebijakan yang akan diambil ke depan,” pungkasnya.

Prospek Emiten Properti BSDE, CTRA Cs Usai BI Tahan Suku Bunga Acuan 6%

The Fed Pangkas Suku Bunga

Bank sentral AS menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25%-4,50% pada hari Rabu (19/12/2024), namun Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan penurunan lebih lanjut dalam biaya pinjaman bergantung pada kemajuan lebih lanjut dalam menurunkan inflasi yang sangat tinggi.

Pernyataan Powell yang eksplisit – dan diulang-ulang – mengenai perlunya kehati-hatian mengejutkan Wall Street, membuat saham-saham melemah tajam dan mendorong mundurnya perkiraan pasar mengenai seberapa besar kemungkinan penurunan biaya pinjaman pada tahun mendatang.

“Saya pikir kita berada dalam posisi yang baik, tapi saya pikir dari sini ini adalah fase baru dan kami akan berhati-hati dalam melakukan pemotongan lebih lanjut,” kata Powell dalam konferensi pers usai rapat.

The Fed dan Powell secara luas diperkirakan akan melakukan penurunan suku bunga “hawkish” dengan memperkirakan sekitar setengah pelonggaran kebijakan pada tahun 2025 dibandingkan dengan proyeksi 100 basis poin yang diproyeksikan oleh para pembuat kebijakan tiga bulan lalu.

Para gubernur bank sentral AS kini memproyeksikan mereka hanya akan melakukan penurunan suku bunga sebesar dua perempat poin persentase pada akhir tahun 2025.

Angka tersebut berkurang setengah poin persentase dalam pelonggaran kebijakan tahun depan dibandingkan perkiraan para pejabat pada bulan September, dengan proyeksi inflasi The Fed untuk tahun pertama pemerintahan Trump yang baru melonjak dari 2,1% pada proyeksi sebelumnya menjadi 2,5% pada proyeksi saat ini.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper