Bisnis.com, LONDON—Harga logam industri ditutup bervariasi seiring dengan faktor fundamental yang membayangi masing-masing komoditas.
Analis morgan Stanley Susan Bates dan Tom Price dalam catatannya menuliskan, reli yang terjadi pada harga logam sudah terlalu panas (overheated). Dari faktor fundamental, logam yang masih memungkinkan mengalami kenaikan ialah seng, aluminium, dan nikel.
“Sedangkan tembaga menjadi logam yang paling rentan jatuh dalam jangka pendek,” paparnya seperti dikutip dari Bloomberg.
Sementara itu, laporan Sanford C. Bernstein Ltd. menyebutkan logam dengan permintaan paling tinggi ialah tembaga dan nikel. Logam lainnya seperti timbal dan timah juga berpotensi mengalami kenaikan harga.
Pada penutupan perdagangan Selasa (12/9/2017), harga aluminium di London Metal Exchange (LME) naik 15 poin atau 0,71% menjadi US$2.137 per ton. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), harga tumbuh 26,23%, tertinggi di antara logam lainnya.
Harga tembaga dalam waktu yang sama merosot 80 poin atau 1,19% menuju US$6.668 per ton. Secara ytd, harga menguat 20,46%.
Baca Juga
Sementara itu, harga seng turun 22 poin atau 0,71% menjadi US$3.061 per ton. Secara ytd harga tumbuh 18,83%.
Harga nikel meningkat 225 poin atau 1,91% menuju US$11.990 per ton. Sepanjang tahun berjalan harga naik 19,66%.
Adapun logam timbal naik 34,50 poin atau 1,52% menjadi US$2.311 per ton. Secara ytd harga tumbuh 14,63%.
Logam timah meorosot 75 poin atau 0,36% menuju US$20.675 per ton. Harga masih tekoreksi 2,13% secara ytd.