Bisnis.com, JAKARTA—Saham Blackberry jatuh setelah melonjak ke titik tertinggi pada Juni, setelah menurunnya pendapatan dan ancaman persaingan menimbulkan keraguan terhadap keberlanjutan perusahaan itu.
Reuters melaporkan, Sabtu (19/8/2017), saham Blackberry ditutup di posisi US$8,7 pada penutupan Jumat (18/8). Harga itu 25% lebih rendah dari posisi tertinggi selama 2 tahun terakhir pada 1 Juni 2017, ketika harganya mencapai US$11,74.
Harga saham Blackberry mengalami tren kenaikan sejak awal Maret 2017 di tengah harapan sistem operasional QNX untuk self-driving car. Namun, investor kembali melakukan kajian atas upaya perusahaan yang sempat menjadi produsen ponsel pintar ternama dunia itu.
Joel Kulina dari Wedbush Securities mengatakan kisah Blackberry dalam 5 tahun terakhir adalah cerita mengenai penurunan kinerja. “Publik tidak memiliki kesabaran,” ujar dia.
Chris Zaccarelli dari Cornerstone Financial Partners, yang menjadi penasihat bagi Blackberry dalam pengelolaan asetnya, menuturkan perusahaan itu tidak akan mengambil langkah yang tergesa-gesa. “Kami tidak akan langsung loncat sebelum melihat tanda-tanda perbaikan dan peluang keuntungan yang berkelanjutan,” terang dia.
Pendapatan Blackberry sempat mencapai US$20 miliar ketika masih mendominasi pasar ponsel dunia. Namun, para analis memerkirakan angkanya tidak akan menyentuh US$1 miliar tahun ini dan bakal terus terpangkas.
Pada akhir Juni 2017, Blackberry melaporkan pendapatan yang mereka raih ternyata lebih rendah dari proyeksi analis. Hal ini menjadi tekanan di tengah upaya perusahaan mengerek revenue dari bisnis software dan jasa terkait antara 10%-15%, tahun ini.
QNX sudah banyak digunakan di kendaraan untuk sistem informasi dan hiburan. Perusahaan menyatakan rencana pengembangannya untuk digunakan di bagian lain dari kendaraan dapat menghasilkan pendapatan yang signifikan.
Tahun lalu, Blackberry mengumumkan kerja sama dengan Ford Motor Co. untuk mengembangkan sistem itu.
Perusahaan lain seperti Intel Corp. menjadi ancaman bagi QNX karena memunyai sistem operasi sendiri. Pada 2017, perusahaan tersebut mengakuisisi Mobileye yang merupakan produsen sensor dan kamera untuk self-driving car dengan nilai US$15,3 miliar.