Bisnis.com, JAKARTA -- Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan menyatakan rencana IPO dari PT Tugu Pratama Indonesia diserahkan pada mekanisme pasar modal.
Yusman, Kepala Departemen Pengawas Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (IKNB OJK), menyatakan mekanisme penyerahan kepada mekanisme pasar modal ini berlaku untuk pelepasan saham yang tidak mengubah pengendali.
"[Ke pengawas IKNB] cukup pemberitahuan," kata Yusman, di Jakarta, Kamis (28/7/2016)
Sebelumnya, Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) menargetkan akan melakukan pelepasan saham perdana ke publik (Initial Public Offering/IPO) PT Tugu Pratama Indonesia pada tahun ini. Ia menyatakan saat ini proses pelepasan sebagian saham non bisnis inti tengah dalam proses pendaftaran ke otoritas. Namun ia tidak menyampaikan besaran saham yang akan dilepas maupun target dana yang dapat diraih dari proses ini.
Syaiful Azhar, Corporate Secretary Tugu Pratama Indonesia (TPI), mengatakan pihaknya belum dapat mengeluarkan pernyataan terkait aksi korporasi ini.
Sepanjang 2015, disaat industri asuransi melambat, TPI mencatat premi di atas Rp3 triliun atau tumbuh 18% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,57 triliun.
Selain menumbuhkan premi, laba perusahaan juga tercatat naik menjadi Rp445,82 miliar. Jumlah ini tumbuh 25% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp356,84 miliar.
Selain itu realisasi hasil investasi sebesar Rp167,3 miliar atau meningkat hingga 28% dari tahun sebelumnya Rp130,26 miliar. Sedangkan pendapatan underwriting tercatat sebesar Rp653,11 miliar atau meningkat 6% dari sebelumnya Rp614,80 miliar.
Dengan capaian ini aset perusahaan menjadi Rp.9,09 triliun. Tumbuh 15% dibandingkan sebelumnya Rp7,87 triliun. Sementara ekuitas perusahaan naik 11% menjadi Rp3,31 triliun. Serta risk based capital 374,23%.
Dalam kesempatan terpisah, Sabam Hutajulu, Presiden Direktur Tugu Pratama Indonesia (TPI) menyatakan perusahaan menargetkan pendapatan tumbuh 10% hingga akhir 2016 atau naik menjadi 24,5 juta dolar Amerika.
Untuk merealisasikan ini, perusahaan mengincar premi tumbuh 15% atau menjadi sekitar Rp3,5 triliun hingga akhir tahun. Perusahaan mengharapkan pertumbuhan dapat berasal dari bisnis tradisional yang didominasi dari Oil dan Gas terutama dari lingkungan Pertamina, SKK Migas. Perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan premi dari bisnis penerbangan yang berasal dari Lion Air dan Garuda Indonesia.