Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang minyak dan gas PT Sugih Energy Tbk. (SUGI) membidik pertumbuhan pendapatan pada tahun ini minimum 10% menjadi US$4,4 miliar setara Rp61,16 triliun dari tahun lalu US$4 miliar.
Direktur Keuangan Sugih Energy Pedro Flames mengatakan pada tahun ini diproyeksi bakal penuh tantangan lantaran harga minyak mentah dunia terus melorot. Harga minyak tercatat terus anjlok hingga level US$27 per barel.
"Perusahaan minyak penuh tantangan tahun ini, kami target revenue minimal lebih tinggi dari single digit," ungkapnya kepada Bisnis.com, Kamis (21/1/2016).
Direktur Utama Sugih Energy Riyanto Soewarno dalam paparan publik mengatakan anjloknya harga minyak dunia hingga US$27 per barel dipastikan bakal menekan kinerja emiten Migas. Padahal, biaya untuk memproduksi minyak mencapai sekitar US$27 per barel.
Sebagai bos baru di SUGI menggantikan Muhammad Hussein sebagai kepanjangan tangan Dapen Pertamina, Riyanto memastikan perseroan bakal beralih fokus dari produksi minyak menjadi gas. Bos baru SUGI itu telah berhitung cermat untuk beralih ke sektor tersebut lantaran saat ini penjualan gas dinilai lebih menarik ketimbang minyak mentah.
"Kami sekarang fokus ke gas karena biayanya lebih kecil. Kami menunggu harga minyak baik lagi, gas sekarang lebih menguntungkan," paparnya.
Riyanto menempati pucuk pimpinan SUGI secara resmi melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) kemarin, di Finacial Club, Graha CIMB Niaga Jakarta. Riyanto menggantikan Hussein yang sebelumnya didaulat sejak November 2015.
Tahun ini, manajemen SUGI membidik target produksi gas 10 juta standar kaki kubik per hari (milion standard cubic feet per day/MMSCFD). Pada 2016, sumur gas Sugih Energy baru menghasilkan setelah investasi dilakukan sejak tahun lalu.