Gejolak pasar keuangan telah berdampak cukup besar pada harga-harga komoditas, termasuk minyak yang merupakan komoditas paling signifikan.
Harga minyak anjlok dari US$ 60 per barel pada akhir Juni menjadi di bawah US$ 40 per barel Senin lalu. Penurunan tersebut menjadi kabar baik bagi konsumen energi di Amerika dan Eropa, tetapi ada lingkaran umpan balik yang kompleks yang mungkin menjadikan aksi jual komoditas tersebut sebagai sebab dan akibat atas kepanikan di pasar negara berkembang.
Saat harga minyak anjlok pada semester kedua tahun lalu, ada perkiraan bahwa penurunan harga akan menyebabkan terhentinya kegiatan eksplorasi minyak di berbagai belahan dunia. Akan tetapi, Amerika Serikat tetap memacu produksi minyak, sehingga pasokan tetap tinggi meskipun harga turun.
Inilah lingkaran umpan baliknya: Perlambatan ekonomi di China dan pasar negara berkembang lainnya menurunkan permintaan. Tingginya pasokan dan rendahnya permintaan menyebabkan harga makin anjlok, yang berimbas pada melemahnya kondisi ekonomi negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah, Amerika Latin, dan Rusia.