Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KASUS OBAT ANESTESI: Investor Buang Saham Kalbe Farma

Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah mengatakan kasus penarikan obat anestesi Buvanest Spinal dan Asam Tranexamat Generik, keluaran PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) mempengaruhi minat investor pada saham emiten perusahaan farmasi tersebut.
Obat bius Bunavest Spinal produksi PT Kalbe Farma Tbk./www.kalbemed.com
Obat bius Bunavest Spinal produksi PT Kalbe Farma Tbk./www.kalbemed.com

Bisnis.com, JAKARTA - Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah mengatakan kasus penarikan obat anestesi Buvanest Spinal dan Asam Tranexamat Generik, keluaran PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) memengaruhi minat investor pada saham emiten perusahaan farmasi tersebut.

Investor khawatir hal itu bakal berdampak negatif bagi kinerja keuangan perusahaan farmasi tersebut. Mereka memilih melepas kepemilikan saham tersebut sementara waktu. “Dalam kondisi tersebut, panic selling memang wajar terjadi,” katanya kepada TEMPO seperti dikutip Rabu (18/2/2015).

Lanjar menjelaskan bagi setiap emiten sentimen negatif memang cenderung memicu aksi jual. Alasannya, sentimen negatif akan mengancam penurunan kinerja keuangan di masa mendatang, sehingga membuat investor khawatir potensi profit dari kepemilikan saham bakal berkurang.

Namun demikian, menurut Lanjar, prospek saham KLBF tetap sangat menarik. Pasalnya, dengan produk farmasi yang cukup variatif, penarikan dua obat tersebut dinilai takkan terlalu menganggu prospek bisnis yang dimiliki KLBF. “Penarikan dua obat yang bukan produk umum, tentu takkan menganggu bisnis KLBF,” sambungnya.

Secara teknikal, harga saham KLBF pada level Rp1.800-an per lembar juga dianggap Lanjar sesuai dengan ekspektasi pasar. Alasannya, titik resisten KLBF dalam jangka pendek memang berada pada kisaran level Rp1.870–Rp1.880 per lembar saham. “Secara teknikal, tak jauh dari target price,” tuturnya.

Pada perdagangan hari ini, saham KLBF memang cenderung tertekan. Hingga pukul 15.30 WIB, saham KLBF terkoreksi 5 poin (0,3%) ke level Rp1.805 per lembar saham. Dengan nilai perdagangan sebesar Rp157 miliar, KLBF menjadi salah satu saham yang mencatatkan kerugian terbesar (Top 10 losers).

Senin, 16 Februari 2015 lalu, seiring dengan koreksi IHSG sebesar 0,91 persen, saham KLBF juga anjlok 70 poin (3,74%) menjadi Rp1.800 per lembar saham. Lanjar mensinyalir aksi jual tersebut juga berkaitan dengan aktivitas penarikan obat yang dilakukan KLBF.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper