Bisnis.com, JAKARTA – Peringkat PT Indofarma (Persero) Tbk. (INAF) diturunkan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dari “idA-“ menjadi “idBBB+” karena pelemahan marjin keuntungan perseroan.
Analis Pefindo Anies Setyaningrum dalam rilis yang diterima Bisnis Rabu (12/2/2014), menjelaskan kenaikan biaya tenaga kerja dan kenaikan biaya bahan baku karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi penyebab menurunnya marjin keuntungan INAF.
Marjin keuntungan yang rendah tersebut juga berakibat pada menurunnya leverage keuangan dan rasio perlindungan arus kas. Selain itu, renovasi yang dilakukan selama Februari hingga Juli 2013 dinilai cukup mengganggu fasilitas produksi, sehingga mengakibatkan kenaikan biaya toll manufacturing.
Pefindo juga merevisi prospek INAF dari stabil menjadi negatif karena kinerja keuangan perseroan dalam jangka pendek diperkirakan akan semakin melemah jika perseroan tidak dapat menyesuaikan harga jual untuk mengimbangi kenaikan biaya bahan baku.
Lebih lanjut dijelaskan peringkat tersebut berpeluang diturunkan jika tidak ada pemulihan secara signifikan pada profitabilitas, leverage keuangan dan perlindungan arus kas INAF. Prospek juga berpeluang direvisi menjadi stabil jika perseroan dapat mengelola biaya produksi dan menyesuaikan harga jual yang akan memperbaiki kinerja keuangan.
Peringkat tersebut mencerminakan potensi pertumbuhan segmen obat generik dan posisi pasar INAF yang kuat. Peringkat dibatasi oleh perlindungan arus kas yang lemah, adanya kapasitas yang tidak terutilisasi secara optimal dan risiko fluktuasi harga bahan baku.
Sebelumnya Direktur Utama Indofarma Elfiano Rizaldi menuturkan perseroan optimistis dapat meraup pendapatan minimal Rp1,25 triliun sepanjang 2013. Angka tersebut melampaui pencapaian pendapatan pada tahun sebelumnya. Optimisme tersebut disebabkan banyaknya tender yang dibayarkan pada pengujung 2013.
Adapun hingga kuartal III/2013, perusahaan farmasi milik BUMN itu menderita bersih Rp61,16 miliar, padahal pada periode yang sama di 2012 perseroan dapat meraup laba Rp20,03 miliar.