Bisnis.com, BANGKOK - Pemerintah Thailand, yang berhenti menumpuk stok beras melalui program pembelian negara, akan menjual komoditas tersebut pada harga rugi seiring dengan rencana membuka tender setiap 2 pekan sekali.
“Penjualan tersebut mungkin akan rugi karena pemerintah [awalnya] bertujuan meningkatkan harga domestik, bukan untuk membuat keuntungan dari program ini," kata Wakil Menteri Perdagangan Yanyong Phuangrach di Ayutthaya.
Tujuan utama pemerintah, katanya, adalah melakukan distribusi tanpa mempengaruhi harga. Rencana Thailand untuk mengurangi stok berisiko menekan harga, dan berpotensi memangkas kebutuhan pangan global.
Moody`s Investors Service mengatakan bahwa program Thailand akan peningkatan kerugian, dan bisa menjadi kredit negatif bagi negara.
Menurut Departemen Pertanian AS, produksi padi dunia diperkirakan meningkat sepanjang tahun ini.
“Thailand melepas stok ke publik hanya akan memperburuk situasi kelebihan pasokan dan pelemahan harga," kata Concepcion Calpe, sekretaris Food & Agriculture Organization, dalam sebuah e-mail.
“Harga dunia akan tergelincir dan mungkin tetap demikian untuk beberapa waktu lama.”
Harga ekspor beras broker 5% Thailand telah turun 10% tahun ini menjadi US$ 525 per ton pada 17 Juli. Sebagai perbandingan, harga beras Vietnam US$390 per ton dan dari India $ 440 per ton, menurut Asosiasi Eksportir Beras Thailand. Gabah berjangka telah naik 1,8% di Chicago.
Stok Thailand mencapai 15,5 juta ton pada 2013-2014, naik dari 12,5 juta ton dari musim lalu. Adapun stok pada 2011-2012 hanya 9,3 juta ton, menurut data USDA. Stok terbaru cukup untuk memenuhi 41% dari impor dunia.
Pemerintah berharap harga ekspor beras broken 5% di kisaran harga US$ 450 -US$ 500 per ton, termasuk penjualan stok negara lain, seperti Indonesia, Iran, dan Irak, kata Yanyong kemarin. Jika harga yang ditawarkan terlalu rendah, pemerintah tidak akan menjual, katanya.
Thailand telah menghabiskan 588,7 miliar baht (US$ 18,9 miliar) sejak Oktober 2011 hingga bulan lalu untuk membeli sekitar 40 juta ton beras kasar dari petani untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di pedesaan.
Biaya dari program ini adalah 137 miliar baht pada musim panen lalu, menurut perkiraan pemerintah.
Negara ini menghadapi kekurangan gudang untuk penyimpanan stok, demikian laporan FAO yang berbasis di Roma dalam sebuah laporan pada bulan Februari.
Penjualan harus mempercepat, dengan harga pada tingkat yang kompetitif, karena hasil panen baru akan masuk pasar pada Oktober, kata Hiroyuki Konuma, asisten Direktur Jenderal FAO di Bangkok.
Menurutnya, jika situasi saat ini berlanjut stok kemungkinan meningkat dari sekitar 12 juta ton pada akhir 2012 menjadi 17 juta ton pada akhir tahun ini