Bisnis.com, JAKARTA — Emiten properti PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) kembali menyoroti maraknya pinjaman online atau pinjol yang menjadi penghambat masyarakat dalam mengakses Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Direktur Utama Summarecon Agung Adrianto P. Adhi menyatakan bahwa pinjol ataupun layanan kredit instan lain menjadi penghalang bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk mengakses KPR.
Menurutnya, banyak calon konsumen yang gagal mengajukan KPR karena terhambat proses pengecekan kemampuan bayar oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Selain ekonomi yang melemah, sebenarnya ada ancaman yang lebih besar yaitu pinjol. Kadang, masih ada cicilan perangkat rumah tangga dan pinjaman kecil yang belum lunas, sehingga tercatat sebagai tanggungan. Itu akhirnya membuat pengajuan KPR terhambat,” kata Adhi dalam Indonesia Summit 2025, Rabu (27/8/2025).
Meski demikian, Adhi menegaskan bahwa persoalan tersebut bersifat umum di masyarakat dan tidak mencerminkan banyaknya konsumen SMRA yang gagal meraih fasilitas KPR.
“Saya tidak mengatakan di Summarecon banyak yang gagal KPR. Hanya saja memang kami selalu selektif sejak dulu, bahkan sebelum ada sistem pay checking,” ujarnya.
Baca Juga
Persoalan ini sejatinya sempat menyeruak pada pertengahan 2024. Kala itu, Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) melaporkan 40% kasus pengajuan KPR ditolak bank karena skor kredit nasabah tidak memenuhi syarat karena gagal membayar pinjol.
Hal tersebut dikarenakan data kredit nasabah fintech peer-to-peer lending (P2P) yang sudah masuk dalam pencatatan riwayat kredit di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sementara itu, sampai dengan semester I/2025, SMRA telah mengantongi prapenjualan atau marketing sales sebesar Rp2,2 triliun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 27,83% dibandingkan periode saham tahun sebelumnya, yaitu Rp1,72 triliun.
Direktur Summarecon Agung Lydia Tjio menyampaikan bahwa capaian ini juga memenuhi 44% dari target tahunan senilai Rp5 triliun pada 2025.
Dari 9 kawasan township yang dimiliki, kontributor terbesar marketing sales SMRA berasal dari Serpong sebesar 44%, disusul oleh Bandung 14% dan Crown Gading mencapai 13%. Adapun sisanya berasal dari 6 township lainnya.
“Kami masih memiliki sejumlah produk baru di pipeline yang akan diluncurkan hingga akhir tahun ini. Untuk launching terdekat akan ada ditawarkan produk rumah dan ruko dari kawasan kami,” ujar Lydia kepada Bisnis.
_________________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.