Bisnis.com, JAKARTA – Menguatnya kinerja saham di Papan Pengembangan atau papan lapis kedua tidak terlepas dari rotasi arus modal asing dari saham-saham di Papan Utama sepanjang tahun berjalan 2025.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (26/8/2025), kinerja Papan Pengembangan mencatatkan penguatan 77,28% year-to-date (YtD). Sebaliknya, kinerja Papan Utama justru hanya mampu menguat 4,46% YtD.
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menilai, lesunya kinerja saham-saham di Papan Utama terutama dipicu oleh derasnya arus keluar dana asing. Pada perdagangan kemarin, misalnya, dana asing mencatatkan net sell sebesar Rp49,33 triliun sepanjang tahun berjalan 2025.
Hal itu yang kemudian membuat likuiditas di saham-saham berkapitalisasi jumbo menjadi kering. Di satu sisi, valuasi saham di Papan Utama yang tinggi juga mendorong investor menjadi lebih berhati-hati untuk berinvestasi di saham tersebut.
“Situasi ini pada akhirnya mendorong rotasi investor ke saham-saham second liner yang dinilai lebih prospektif untuk memberikan pertumbuhan cepat dan keuntungan jangka pendek-menengah,” katanya kepada Bisnis, Rabu (27/8/2025).
Sementara itu, saham-saham di Papan Pengembangan dinilai memiliki daya tarik tersendiri. Ekky menilai, kapitalisasi pasar yang relatif kecil mendorong pergerakkan harga yang lebih dinamis di Papan Pengembangan.
Selain itu, lonjakan kinerja saham juga dimotori oleh emiten-emiten berbasis komoditas, yang mendapatkan dukungan dari harga komoditas global. Terlebih, rencana pemerintah untuk beralih ke penggunaan EBT juga mendorong pertumbuhan bagi emiten dengan narasi energi terbarukan, hilirisasi, hingga teknologi.
“Namun, tren euforia biasanya tidak bisa bertahan selamanya. Kembalinya dana asing ke big caps berpotensi menggeser kembali minat domestik dari papan pengembangan menuju papan utama,” kata Ekky.
Senada, analis Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menerangkan salah satu alasan penguatan kinerja Papan Pengembangan adalah kenaikan harga komoditas yang mendorong pertumbuhan kinerja keuangan di emiten-emiten yang memiliki korelasi dengan komoditas tersebut, seperti CPO atau emas.
Sebut saja emiten tambang emas PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) yang mencatatkan kenaikan harga saham hingga 186,29% YtD. Kenaikan harga saham ARCI sejalan dengan kinerja fundamentalnya, yang mampu berbalik untung pada paruh pertama 2025.
Begitu juga dengan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) yang membukukan laba bersih sebesar Rp825,38 miliar sepanjang periode Januari-Juni 2025. Perolehan laba bersih emiten sawit tersebut melesat 94,97% dari periode sama tahun lalu yang meraih Rp423,33 miliar.
“Kami berpandangan penguatan emiten yang didorong pada optimalisasi capex untuk ekspansi dan juga peningkatan permintaan komoditas akan memberikan dampak pada penguatan harga saham yang berkelanjutan,” kata Audi.
Meskipun begitu, Audi menilai potensi pelemahan kinerja saham lapis kedua masih terbuka. Hal itu mungkin terjadi jika pemerintah terlambat dalam melakukan pelonggaran kebijakan moneter hingga terjadinya ketidakstabilan ekonomi makro dalam negeri, seperti perlambatan pertumbuhan PDB dan fluktuasi rupiah.
Di tengah kondisi ini, Audi merekomendasikan saham WIFI dengan target harga Rp3.500 per saham, PANI dengan target harga Rp17.000, dan ARCI dengan target harga Rp820. Ketiga saham itu direkomendasikan trading buy oleh Audi.
Sementara itu, Ekky merekomendasikan saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dengan target harga Rp3.500–Rp3.600, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) yang diprediksi mampu menembus Rp500, dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) yang diprediksi memiliki prospek jangka panjang di level Rp1.800–Rp2.000.
“Dari sektor properti, CTRA, BSDE, dan SMRA bisa jadi pilihan melihat momentum positif sektor properti pascapenurunan suku bunga,” katanya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.