Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang rebound dan menguji level 7.675–7.699 pada perdagangan hari ini, Kamis (31/7/2025), usai Federal Reserve atau The Fed mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,25%—4,50% dalam Federal Open Market Committee atau FOMC periode Juli 2025.
Tim Analis MNC Sekuritas mencatat, IHSG ditutup melemah 0,89% ke level 7.549 pada Rabu (30/7/2025), yang masih dibayangi tekanan jual. Secara teknikal, posisi IHSG telah menutup area gap dan diperkirakan masih berada di fase akhir wave v dari wave (iii) dari wave [c].
“Sehingga penguatan IHSG diperkirakan akan menguji rentang 7.675–7.699. Namun, tetap cermati akan adanya potensi koreksi dari IHSG untuk menguji rentang 7.460–7.539,” tulis Tim Riset MNC Sekuritas dalam riset harian, Kamis (31/7/2025).
Untuk perdagangan hari ini, MNC Sekuritas memperkirakan level support IHSG berada di 7.485 dan 7.344, sementara level resistance di 7.675 dan 7.758. Saham-saham yang direkomendasikan antara lain ADRO, BUKA, MBMA, dan TPIA.
Dari sisi fundamental, Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai bahwa kinerja solid IHSG dalam beberapa pekan terakhir ditopang oleh kombinasi sentimen domestik dan global yang membaik.
"Dari sisi domestik, pelaku pasar merespons positif data-data ekonomi seperti inflasi yang tetap terjaga, surplus neraca dagang, serta ekspektasi berlanjutnya pertumbuhan laba emiten di semester II/2025," ujar Felix, Selasa (29/7/2025).
Baca Juga
Felix juga menambahkan bahwa meskipun arus dana asing masih tinggi, ada peluang terjadinya penyusutan tekanan net sell di pasar saham. Potensi aliran masuk dana asing juga tetap terbuka seiring penguatan indeks.
Secara teknikal, breakout IHSG ke level tertinggi baru turut mendorong peningkatan minat beli dari investor ritel maupun institusi lokal. Dari sisi global, ekspektasi bahwa The Fed akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya pada kuartal IV/2025 memperkuat selera risiko investor terhadap aset emerging markets, termasuk Indonesia.
"Kami memproyeksikan arus dana asing masih berpeluang positif di semester II/2025, meskipun tetap akan bersifat selektif dan sensitif terhadap perkembangan global seperti suku bunga dan tensi geopolitik," kata Felix.
Senada, Senior Analyst Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas juga mencermati penguatan IHSG yang mencetak rekor tertinggi 2025 didorong oleh sejumlah faktor. Di antaranya, ekspektasi pelonggaran suku bunga oleh Bank Indonesia (BI), arah kebijakan The Fed yang semakin dovish, stabilitas politik domestik, serta meredanya kekhawatiran tarif dagang AS.
"Ke depan, meskipun aliran dana asing sempat tertahan akibat stagnasi saham big caps dan minimnya katalis korporasi, peluang masuknya kembali dana asing menguat di semester II/2025 seiring membaiknya sentimen global dan pelonggaran moneter," ujar Sukarno, Selasa (29/7/2025).
Menurutnya, saham-saham yang berpeluang menarik kembali dana asing ke pasar Indonesia termasuk emiten baru dalam indeks LQ45 dengan fundamental yang solid. Selain itu, saham big caps seperti bank-bank besar yang pergerakannya masih tertinggal (lagging) juga dipandang menarik.
Sukarno juga menyoroti saham-saham berbasis energi baru terbarukan (EBT), seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), yang dinilai berpeluang kembali memancing minat asing di tengah tren transisi energi global.
The Fed Tahan Suku Bunga
Sebagai informasi, The Fed mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4,25%—4,50% dalam Federal Open Market Committee atau FOMC periode Juli 2025.
Berdasarkan pengumuman The Fed hari ini, FOMC memutuskan untuk mempertahankan suku bunga The Fed, yang belum berubah sepanjang 2025.
Gubernur The Fed Jerome Powell menyampaikan bahwa jajaran dewan gubernur tetap fokus pada pencapaian tujuan utama, yaitu penyerapan tenaga kerja yang maksimal dan harga-harga yang stabil, demi kepentingan warga Amerika Serikat (AS).
"Kami yakin bahwa sikap kebijakan moneter saat ini menempatkan kami pada posisi yang tepat untuk merespons potensi perkembangan ekonomi secara tepat waktu," ujar Powell dalam konferensi pers FOMC pada Rabu (30/7/2025) waktu AS atau Kamis (31/7/2025) dini hari waktu Indonesia.
Powell menjelaskan bahwa indikator terbaru menunjukkan aktivitas ekonomi masih moderat pada semester pertama 2025. Berdasarkan rilis data ekonomi beberapa jam lalu, pertumbuhan ekonomi AS mencapai 3% pada kuartal II/2025, sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi AS pada semester I/2025 adalah 1,25%.
Menurutnya, moderasi pertumbuhan sebagian besar mencerminkan perlambatan belanja konsumen. Powell menyoroti masih adanya ketidakpastian dalam prospek ekonomi.
Powell juga menjelaskan bahwa inflasi AS telah menurun secara signifikan dari titik tertingginya pada pertengah 2022, tetapi masih sedikit lebih tinggi dari target jangka panjang The Fed sebesar 2%.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.