Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Vale Indonesia (INCO) Targetkan Proyek Pomalaa Berproduksi 2026

Vale Indonesia (INCO) menargetkan proyek tambang nikel Pomalaa selesai kuartal III/2026, dengan investasi Rp66 triliun bersama Huayou dan Ford.
Ilustrasi pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa./JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) menargetkan proyek tambang nikel di Pomalaa akan rampung setidaknya pada kuartal III/2026. Adapun saat ini, perseroan memperkirakan harga nikel akan bergerak ke US$15.000 – US$16.000 per ton.

Andaru Adi, Head of Corporate Finance and Investor Relations INCO, menjelaskan keputusan investasi di Pomalaa bersama Huayou dan Ford untuk mengembangkan tambang dan smelter nikel sudah didapatkan pada 2022.

Total belanja modal yang digelontorkan ke tambang Pomalaa sudah mencapai US$0,5 miliar dengan status progres konstruksi 20,22% hingga April 2025.

"Pomalaa adalah salah satu blok yang memiliki potensi cadangan bijih nikel besar dengan kualitas bijih limonite yang cocok digunakan untuk diproses lebih lanjut melalui fasilitas teknologi HPAL," kata Andaru, dikutip dari keterbukaan informasi, Senin (28/7/2025).

Adapun, tambang Pomalaa ditargetkan rampung pada kuartal III/2026 dengan kapasitas produksi 28 Mtpa limonite dan bijih saprolite.

Andaru menegaskan blok Pomalaa akan memenuhi kebutuhan ekosistem kendaraan baterai listrik. Bijih saprolite sendiri dapat digunakan untuk memasok kebutuhan smelter lainnya.

Selanjutnya progres pabrik HPAL di Pomalaa dengan capex mencapai US$2,7 miliar saat ini juga dalam proses konstruksi yang sudah mencapai 13,9%. Untuk pabrik ini, diperkirakan rampung pada kuartal IV/2025 dengan kapasitas produksi 120 ktpa mixed hydroxide precipitate (MHP).

Dalam kesempatan yang sama, Andaru mengakui saat ini pergerakan harga nikel sangat fluktuatif. Namun perseroan masih optimistis harga nikel bisa berada di kisaran US$15.000 – US$16.000 per ton.

"Fokus kami adalah mengendalikan biaya produksi untuk dapat terus memperoleh margin yang baik dan kompetitif. Dengan harga nikel saat ini, dan biaya kas per unit yang kami miliki, kami optimis mampu melewati tantangan tersebut dengan baik," kata Andaru.

Adapun, Proyek Pomalaa HPAL berkapasitas hingga 120.000 ton Ni per tahun dikembangkan INCO dengan menggandeng Huayou dan Ford untuk investasi dengan nilai Rp66 triliun termasuk pabrik dan tambang. Saat ini konstruksi sedang berjalan dengan hilirisasi lebih lanjut hingga precursor atau bahan dasar baterai.  

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro