Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) membeberkan program strategis yang akan digeber hingga akhir 2025. Salah satunya, konsolidasi bisnis yang menyasar sembilan sektor usaha yang digeluti oleh BUMN.
Program strategis Danantara itu dipaparkan oleh Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia sekaligus Direktur Utama PT Danantara Asset Management (Persero) Dony Oskaria dalam rapat kerja dan rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (23/7/2025).
Dony menjabarkan Danantara Asset Management selaku Holding Operasional Danantara telah menyiapkan tiga klaster program dalam rangka optimalisasi portofolio Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Klaster itu terdiri atas program restrukturisasi, konsolidasi, dan pengembangan.
“Kami juga mengelompokkan ke dalam program kerja yang berkaitan dengan streamlining dan konsolidasi bisnis,” ujar Dony.
Dia menyampaikan konsolidasi BUMN akan menyasar sembilan sektor usaha, yaitu bisnis karya (konstruksi), bisnis pupuk, rumah sakit, hotel, gula, hilirisasi minyak, asuransi, manajemen aset, dan kawasan industri.
Untuk mendukung kelancaran seluruh program tersebut, DAM turut memprioritaskan tata kelola pendukung, khususnya pada aspek human capital, keuangan, manajemen risiko, dan aspek legal.
Rencana Merger BUMN Karya
Sejalan dengan program konsolidasi BUMN itu, Dony memastikan Danantara akan melanjutkan rencana merger BUMN Karya pada semester II/2025.
“Skemanya tentu akan multi, di antaranya salah satu yang pasti ada mergernya pasti. Jadi, pengurangan daripada jumlah BUMN Karya sedang kami kaji,” ujar Dony di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Menurutnya, langkah merger BUMN Karya bertujuan membentuk entitas yang lebih efisien dan berfokus pada bisnis inti sebagai kontraktor.
Selain itu, anak-anak usaha perusahaan konstruksi pelat merah yang tidak berkaitan langsung dengan inti bisnis akan dikonsolidasikan. Dony memperkirakan hanya ada tiga entitas BUMN Karya yang bertahan.
“Kami lagi menghitung, kurang lebih akan jadi tiga perusahaan karya yang kuat ke depan dan bisnisnya hanya fokus sebagai kontraktor saja. Jadi, anak-anak perusahaan yang tidak menjadi kontraktor dan selama ini menjadi beberapa sumber permasalahan, akan kami kelompokkan,” pungkas Dony.
Saat ini, Danantara membawahi sejumlah entitas usaha BUMN Karya, yaitu PT Hutama Karya (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI). Selain itu, terdapat pula PT Brantas Abipraya (Persero), dan PT Amarta Karya (Persero).
Komisi VI DPR RI mengingatkan PT Danantara Asset Management (Persero) untuk menghindari model konglomerasi dalam menjalankan program konsolidasi dan transformasi BUMN.
Anggota Komisi VI DPR Ahmad Labib menyatakan bahwa model konglomerasi yang sebelumnya diterapkan perusahaan pelat merah justru dianggap tidak produktif dan kerap menjadi sumber inefisiensi pada masa lalu.
“Tolong dalam proses konsolidasi dan transformasi BUMN, Danantara menghindari betul model konglomerasi yang justru meningkatkan inefisiensi,” ujarnya dalam rapat kerja dengan Danantara, Rabu (23/7/2025).
Menurutnya, pembentukan anak usaha BUMN seringkali tidak dilandasi kebutuhan bisnis yang kuat. Berbeda dengan swasta yang membentuk entitas baru guna memperkuat ekspansi usaha dan efisiensi jangka panjang.
Mengingat sebelumnya banyak praktik konglomerasi yang diterapkan BUMN justru menjadi celah inefisiensi yang berdampak negatif di kemudian hari.
“Nah, kita ini banyak sekali anak-anak perusahaan [BUMN] itu yang sebelumnya praktik konglomerasi tetapi justru menjadi celah-celah inefisiensi dan kebocoran. Jadi, ini tolong betul nanti dihindari,” pungkas Labib.