Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Prospek Saham Konglomerasi Tahan Banting Grup Astra hingga Djarum

Berikut prospek sejumlah emiten konglomerasi masih menjadi penggerak IHSG yang sedang tersengat sejumlah katalis positif.
Karyawan melihat grafik perdagangan saham di Jakarta, Selasa (1/7/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan melihat grafik perdagangan saham di Jakarta, Selasa (1/7/2025). Bisnis/Abdurachman

Sementara, dinilai dari perhitungan price earning ration (PER) dan price to book value (PBV), terdapat sejumlah saham konglomerasi yang masih memiliki valuasi murah.

Sebagai catatan, nilai PER di bawah 10 kali dan PBV di bawah 1 kali lazim dijadikan sebagai acuan sederhana untuk menilai sebuah saham dianggap murah atau terdiskon.

PER yang rendah menunjukkan harga saham masih murah sehingga memberi peluang terhadap kenaikan harga saham di masa mendatang. Sebaliknya, dengan PER yang tinggi sering diasosiasikan sebagai saham dengan harga yang cukup mahal sehingga sulit untuk naik lagi dan pada akhirnya berpeluang untuk turun kembali ke nilai fundamentalnya.

Secara matematis, formula yang berlaku umum untuk menghitung PER adalah harga saham dibagi dengan earning per share (EPS) atau laba per saham. EPS ini diperoleh dari laba bersih dibagi dengan jumlah saham beredar.

Sementara itu, rasio PBV mencerminkan harga saham terhadap nilai buku sebuah perusahaan. Laman Investopedia mencatat rasio PBV ini sering dievaluasi bersama dengan return on equity (ROE).

Adapun, penghitungan PBV dilakukan melalui dua tahap berdasarkan nilai ekuitas dari perusahaan, harga saham per lembar, serta jumlah saham beredar. Langkah pertama adalah mencari nilai buku per lembar saham atau book value per share (BVPS), yaitu ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar.

Setelah mendapatkan nilai BVPS, selanjutnya adalah membagi harga saham saat ini atau terbaru dengan angka BVPS dan didapatkanlah nilai PBV.

Berdasarkan metode tersebut, terdapat sejumlah saham dari grup konglomerat maupun konglomerasi yang mengalami undervalue. Dari Grup Astra misalnya, empat dari enam saham Grup Astra tercatat memiliki PER di bawah 10 kali, dengan PBV di bawal 1 kali.

Berdasarkan data RTI Infokom di akhir sesi I pada Kamis (17/7/2025), saham ASII saat ini memiliki PER sebesar 6,94 kali, dengan PBV sebesar 0,87 kali.

Emiten tambang Grup Astra, PT United Tractors Tbk. (UNTR) juga mencatatkan PER dan PBV yang rendah. PER UNTR adalah sebesar 6,58 kali, dengan PBV 0,86 kali.

Kemudian PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) mencatatkan PER 6,4 kali, dengan PBV 0,61 kali. Lalu PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) dengan PER 5,03 kali dan PBV sebesar 0,68 kali.

Grup konglomerasi yang juga memiliki saham-saham terdiskon adalah Grup Sinarmas. Saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM) misalnya, saat ini memiliki PER sebesar 2,64 kali, dengan PBV 0,37 kali.

Demikian juga dengan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) yang memiliki PER 3,37 kali, dengan PBV 0,29 kali.

Saham pengembang kawasan industri Grup Sinarmas PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) juga memiliki PER dan PBV yang rendah. PER DMAS adalah sebesar 4,88 kali, dengan PBV sebesar 0,92 kali.

Grup Salim tercatat memiliki dua saham dengan valuasi murah. Kedua saham tersebut adalah PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP).

Kedua perusahaan sawit dan pengolahan sawit tersebut memiliki PER sebesar 5,85 kali dan PBV 0,71 kali untuk LSIP. Sementara SIMP memiliki PER 4,68 kali dan PBV 0,44 kali.

Saham-saham grup konglomerasi lain yang juga masih undervalue saat ini adalah EMTK dengan PER Rp2,26 kali dan PBV 0,83 kali.

Selain itu, saham PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) milik Grup Saratoga juga tercatat memiliki PER 7,09 kali dengan PBV 0,68 kali saat ini.

Terdapat pula deretan saham konglomerasi dengan valuasi mahal. Saham dengan PER tertinggi saat ini adalah saham milik Prajogo Pangestu, CUAN. Saham emiten tambang ini merupakan saham dengan PER tertinggi. Saham CUAN memiliki PER 1.645 kali, dengan PBV 36,92 kali.

Adapun saham dengan PBV tertinggi saat ini dimiliki oleh saham termahal di Bursa, PT DCI Indonesia Tbk. (DCII). Saham protofolio Anthoni Salim ini memiliki PER 317,64 kali, dengan PBV 160,54 kali.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro