Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manuver BEI Pacu Transaksi Saham, Tambah Jam Dagang hingga Buka Kode Broker & Domisili

BEI siapkan strategi baru, dari penambahan jam perdagangan hingga pembukaan kembali kode broker & domisili investor, guna tingkatkan transaksi pasar saham.
I Putu Gede Rama Paramahamsa,Fahmi Ahmad Burhan,Dionisio Damara Tonce
Selasa, 17 Juni 2025 | 06:00
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025).Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan saham PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (9/5/2025).Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menggodok berbagai strategi untuk mendongkrak transaksi perdagangan saham serta memperkuat struktur pasar modal Indonesia. Sejumlah langkah seperti penambahan jam perdagangan, pembukaan kembali kode broker dan domisili investor, hingga peluncuran program liquidity provider tengah disiapkan untuk diluncurkan secara bertahap mulai kuartal III/2025.

Terbaru, BEI mengungkapkan Tengah mengkaji rencana penambahan jam perdagangan saham di Bursa menjadi lebih awal yakni dari pukul 08.00 WIB atau memperpanjang waktu penutupan menjadi pukul 17.00 WIB.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan kajian dilakukan sebagai upaya meningkatkan pengalaman pasar saham, memperluas likuiditas, dan memberikan layanan optimal kepada seluruh investor, baik domestik maupun asing.

“Penyesuaian jam perdagangan ini meliputi berbagai kemungkinan, apakah ditambah di awal, diperpanjang di akhir, atau hanya digeser. Semua skenario masih dalam tahap kajian dan belum ada keputusan final,” ujarnya di Jakarta, Senin (16/6/2025).

Dia menuturkan bahwa berbagai masukan dari pemangku kepentingan menjadi bahan pertimbangan BEI, termasuk dari investor institusi dan ritel di seluruh Indonesia.

Secara khusus, otoritas Bursa juga mempertimbangkan waktu operasional investor institusi asing terutama yang memiliki basis perdagangan di Hong Kong.

“Sebagian besar investor institusi dari Amerika Serikat dan Eropa memiliki desk di Hong Kong. Artinya, Hong Kong keberadaannya cukup penting,” kata Jeffrey.

BEI turut mencermati tren distribusi investor dalam negeri. Jika sebelumnya lebih dari 70% investor ritel berasal dari Pulau Jawa, kini porsinya turun ke kisaran 67% hingga 68% dengan pertumbuhan signifikan di wilayah Indonesia tengah dan timur.

“Distribusi geografis investor domestik juga menjadi pertimbangan penting. Kami ingin memastikan seluruh investor dapat mengakses pasar secara optimal tanpa dibatasi perbedaan waktu operasional,” ungkapnya.

Selain mempertimbangkan masukan internal dan eksternal, BEI juga melakukan benchmarking terhadap jam perdagangan bursa regional lainnya seperti Singapura, Malaysia, dan Vietnam, guna menjaga daya saing pasar modal Indonesia di kawasan.

Jeffrey menegaskan bahwa seluruh pertimbangan tersebut akan dianalisis secara komprehensif oleh otoritas dan keputusan apapun nantinya tidak semata-mata hanya didasarkan pada kepentingan investor asing.

Kendati demikian, rencana ini memunculkan pandangan beragam dari pelaku industri. Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menaruh ragu terhadap rencana untuk mendongkrak tingkat likuiditas pasar tersebut. Menurutnya, penambahan jam perdagangan Bursa belum tentu memberikan peningkatan produktivitas di lantai bursa.

Menurut Liza, Bursa mesti dengan hati-hati mempertimbangkan rencana penerapan perpanjangan waktu perdagangan karena dengan bertambahnya jam perdagangan juga berarti ada penambahan pengeluaran terhadap biaya operasional.

”Belum tentu menambah produktivitas dan hasil, harus diperhitungkan untung atau ruginya matang-matang,” katanya saat dihubungi, Senin (16/6/2025).

Mengenai tujuan perpanjangan jam perdagangan untuk menambah likuiditas pasar, Liza justru menekankan pada peran Danantara yang santer disebut sebagai liquidity provider.

”Apa kabar Danantara yang mau jadi liquidity provider? Bagaimana rencana kerja strategis mereka dalam meningkatkan likuiditas pasar?” katanya.

Sementara itu, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta justru memandang bahwa perpanjangan jam perdagangan Bursa adalah suatu hal yang penting. Menurutnya, ini tidak hanya bisa menarik investor dari Asia, juga bahkan dari Eropa.

Dia percaya, dengan perpanjangan jam perdagangan, hal ini dalam jangka panjang bakal memperlihatkan dampaknya terhadap pasar modal Indonesia.

”Yang paling penting adalah BEI secara konsisten bisa berinovasi dalam menghasilkan berbagai kebijakan yang memang sifatnya bisa meningkatkan likuiditas pasar kita,” katanya saat dihubungi, Senin (16/6/2025).

Akan tetapi, Nafan memberikan catatan berupa penguatan infrastruktur di bidang pasar modal. Tidak hanya terbatas pada perpanjangan jam perdagangan, namun Bursa harus bisa memastikan bahwa para investor domestik dan internasional bisa mendapatkan kemudahan dalam transaksi di pasar modal.

"Karena tujuannya kan untuk meningkatkan likuiditas, otomatis infrastruktur pasar modal tanah air harus mumpuni, harus mendukung," katanya.

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper