Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia dibuka menguat pada Senin (9/6/2025) dengan AS dan China bersiap untuk melanjutkan negosiasi perdagangan, sementara data pekerjaan yang positif di ekonomi terbesar di dunia meredakan kekhawatiran resesi.
Berdasarkan data Bloomberg, bursa saham Jepang naik 0,6% ke level 2.787,63. Senada, indeks Kospi Korea Selatan naik 1,92% pada level 2.865,99. Sementara itu, indeks saham berjangka untuk S&P 500 turun 0,1% setelah indeks ditutup pada level tertinggi sejak Februari.
Ketegangan perdagangan tampak mereda antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping karena kebuntuan pada mineral penting telah terpecahkan, membuka jalan bagi pembicaraan perdagangan lebih lanjut.
Faktor lain yang turut menambah optimisme di pasar saham adalah kejutan data tenaga kerja. Berdasarkan laporan pada Jumat, pertumbuhan pekerjaan AS sedikit melampaui perkiraan, tetapi melambat pada Mei dan bulan-bulan sebelumnya direvisi lebih rendah.
"Pertahankan portofolio yang cenderung berisiko karena adanya fase pembuatan kesepakatan dalam kebijakan perdagangan Trump," kata Homin Lee, seorang ahli strategi makro senior di Lombard Odier.
Lee mengatakan ada ruang lingkup kesepakatan bilateral sebelum batas waktu 9 Juli untuk tarif timbal balik.
Sementara itu, negosiator AS dan China bersiap untuk membuka putaran kedua perundingan dagang mereka pada hari Senin di London, yang pertama sejak Trump dan Xi akhirnya berhasil memecahkan kebuntuan. Hal itu memberikan secercah harapan kepada pasar bahwa kedua negara dapat meredakan ketegangan atas dominasi China dalam mineral tanah jarang.
Kedua belah pihak saling menuduh mengingkari kesepakatan yang dicapai pada Mei di Jenewa, di mana mereka mencoba untuk mulai meredakan perang dagang.
Menjelang perundingan, China memberikan persetujuan untuk beberapa permohonan ekspor tanah jarang. Boeing Co. juga telah mulai mengirimkan jet komersial ke China untuk pertama kalinya sejak awal April, yang mengindikasikan pembukaan kembali arus perdagangan.
Kyle Rodda, analis pasar senior di Capital.com mengatakan, kebijakan perdagangan akan tetap menjadi ketidakpastian makro yang besar.
“Tanda-tanda momentum lebih lanjut dalam perundingan dapat memberikan dorongan baru bagi pasar untuk memulai minggu ini," jelasnya.
Akhir minggu ini, perhatian pasar akan tertuju ke penjualan obligasi pemerintah di AS. Departemen Keuangan akan menjual obligasi 30 tahun senilai US$22 miliar pada Kamis (12/6/2025) mendatang, bagian dari pinjaman yang dijadwalkan secara rutin. Hal ini terjadi setelah investor global menolak utang pemerintah jangka panjang.
Ekspektasi di pasar juga meningkat bahwa pemerintah Jepang dapat menyesuaikan penerbitan utang paling cepat bulan depan dengan meningkatkan penjualan surat berharga dengan jatuh tempo lebih pendek dan memangkas penawaran surat berharga bertenor lebih panjang.
Selain itu, investor juga akan mencermati data inflasi AS pada pekan ini.