Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diproyeksikan akan mendapatkan dorongan dari sejumlah sentimen pada momen dibukanya perdagangan usai libur panjang pekan ini.
Pada pekan ini, terdapat momen libur panjang bertepatan dengan Kenaikan Yesus Kristus, Kamis (29/5/2025) dan Cuti Bersama Kenaikan Yesus Kristus, Jumat (30/5/2025).
Rupiah sendiri menjelang libur panjang ditutup melemah. Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup melemah sebesar 9,50 poin atau 0,06% ke level Rp16.296 per dolar AS pada Rabu (28/5/2025). Adapun, indeks dolar AS menguat tipis 0,02% menuju 99,54.
Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas menguat. Won Korea menguat 0,38% bersama yen Jepang sebesar 0,13%. Sementara itu, ringgit Malaysia dan baht Thailand ditutup perkasa dengan persentase masing-masing 0,18% dan 0,25% per dolar AS.
Usai momen libur panjang, nilai tukar rupiah diproyeksikan mendapatkan sejumlah dorongan. Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan perdagangan pada Senin depan (2/5/2035), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.240 - Rp16.300 per dolar AS.
Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah. Dari luar negeri, pasar masih akan memperhatikan ketidakpastian atas perdagangan AS dan kesehatan fiskal, dengan fokus pada lebih banyak kesepakatan perdagangan AS dan kemajuan Rancangan Undang-Undang (RUU) pemotongan pajak di AS.
Baca Juga
Dalam perkembangan terbaru terkait perdagangan AS, Presiden AS Donald Trump menunda rencana untuk mengenakan tarif perdagangan 50% pada Uni Eropa hingga awal Juli 2025.
Dari dalam negeri, terdapat perhatian terhadap kondisi ekonomi, di mana Indonesia diprediksi akan kesulitan mencapai target pertumbuhan ekonomi 5% pada kuartal II/2025 seiring dengan gelontoran stimulus yang lebih menyasar masyarakat kelas bawah.
Dilansir Reuters, investor pun tengah menumpuk taruhan bullish pada mata uang Asia, didorong oleh sejumlah sentimen seperti meredanya ketegangan tarif AS China. Selain itu, terdapat dorongan dari kekhawatiran terhadap kebijakan AS yang mendorong investor menarik diri dari aset dolar AS.
"Mata uang Asia kemungkinan akan tetap kuat terhadap dolar AS karena arus keluar diversifikasi dari aset dolar AS ke Asia, dengan investor khawatir atas kebijakan perdagangan AS dan lintasan fiskalnya mengingat pemotongan pajak yang diusulkan," kata Wei Liang Chang, ahli strategi pasar di DBS Bank dilansir Reuters pada Kamis (29/5/2025).
Ahli strategi valas di BNP Paribas Parisha Saimbi juga mengatakan mata uang Asia akan tetap terdukung, dibantu oleh de-eskalasi AS-China dan tercapainya kesepakatan perdagangan bilateral.
Terdapat pula taruhan bullish kembali ke rupiah untuk pertama kalinya sejak Oktober 2024, karena beberapa investor mengabaikan kekhawatiran fiskal yang sedang berlangsung dan bertaruh pada arah kebijakan yang stabil.