Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Transisi Energi: PGEO Tancap Gas, HRUM-MBAP Intip Peluang Cuan

Sejumlah emiten seperti PGEO, HRUM, hingga MBAP menggenjot transisi energi yang sejalan dengan RUPTL PLN terbaru.
Iim Fathimah Timorria,I Putu Gede Rama Paramahamsa,Fahmi Ahmad Burhan
Rabu, 28 Mei 2025 | 08:00
Ilustrasi keberadaan pembangkit energi terbarukan./Bisnis - Puspa Larasati
Ilustrasi keberadaan pembangkit energi terbarukan./Bisnis - Puspa Larasati

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten energi dan tambang mulai getol melakukan transisi energi seiring dengan potensi cuan yang bisa menyokong kinerja keuangan.

Langkah tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia melakukan penambahan pembangkit listrik dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034 ditargetkan mencapai 69,6 gigawatt (GW). Angka tersebut lebih tinggi dari RUPTL 2021–2030 yang hanya 40,6 GW. 

Dalam RUPTL teranyar, 76% dari total kapasitas itu berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). Adapun, komposisi porsi EBT itu terdiri atas 42,6 GW atau 61% dan storage 10,3 GW atau 15%. 

Sebanyak 16 GW sisanya akan berasal dari pembangkit fosil, yakni gas sebesar 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW. 

Sementara itu, penambahan pembangkit sebesar 40,6 GW dalam RUPTL 2021-2030 terdiri atas 20,9 GW EBT dan 19,7 GW energi fosil.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menyambut positif inisiatif peningkatan pemanfaatan energi hijau yang tertuang dalam RUPTL PLN tersebut.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi mengatakan peningkatan porsi EBT dalam pembangkit listrik nasional menjadi langkah strategis untuk mendorong swasembada energi.

“PGE siap berkontribusi aktif untuk menyediakan energi lokal [indigenous] yang andal, menggerakkan ekonomi lokal dan regional, sekaligus mendukung pencapaian target-target nasional melalui pengembangan proyek-proyek kunci,” kata Juli dalam siaran pers, Selasa (27/5/2025).

Beberapa proyek kunci PGE untuk mencapai target tersebut mencakup pengembangan Lumut Balai Unit 2 berkapasitas 55 megawatt (MW), Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), serta sejumlah proyek co-generation dengan total kapasitas 230 MW.

Proyek panas bumi Lumut Balai Unit 2 ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan tahun ini dan akan berkontribusi pada tambahan kapasitas terpasang PGEO. Di samping itu, PGEO juga tengah mempersiapkan eksplorasi panas bumi di Seulawah, Kotamobagu, dan Gunung Tiga.

Pertamina Geothermal menargetkan peningkatan kapasitas terpasang dari 672 MW menjadi 1 GW dalam dua tahun ke depan, dan 1,7 GW pada 2034. Perusahaan juga telah mengidentifikasi potensi cadangan sebesar 3 GW dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola sendiri.

Di sisi lain, PT Harum Energy Tbk. (HRUM) justru tidak dapat mengoleksi pendapatan dengan lebih leluasa di tengah kesempatan RUPTL PT PLN seiring dengan penetapan target produksi batu bara pada 2025 di angka 5—5,5 juta ton.

Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio menerangkan, upaya perseroan untuk dapat meraup dana tebal dari RUPTL PLN akan terbatas, karena telah memiliki rencana penambangan yang telah disepakati direksi untuk 2025.

”Sebetulnya ruang itu menurut kami agak sedikit terbatas karena memang target produksi yang sudah kami rencanakan untuk tahun 2025 ini sudah disesuaikan dengan main plan. Sehingga kalaupun kami memang memiliki peluang untuk menaikkan tingkat produksi, itu juga jumlahnya akan sangat terbatas,” katanya dalam paparan publik perseroan, Selasa (27/5/2025).

Begitu pula dengan torehan laba bersih dan pendapatan perseroan pada 2025. Dengan terbatasnya jumlah produksi yang bisa HRUM tingkatkan, pihaknya tidak memiliki ekspektasi terhadap meningkatnya laba dan pendapatan melalui RUPTL PLN.

Menurutnya, target pendapatan dan laba bersih perseroan pada 2025 akan lebih banyak bergantung pada realisasi harga jual batu bara perseroan secara rata-rata dan biaya produksi pada tahun ini.

”Dua hal tersebut akan menjadi faktor yang lebih dominan dalam mengerek target pendapatan dan laba perseroan untuk tahun 2025,” lanjutnya.

Adapun perseroan menargetkan produksi batu bara dan volume penjualan emas hitam itu pada kisaran 5—5,5 juta ton pada 2025. Proyeksi itu menurun dibandingkan realisasi 2024 perseroan pada produksi batu bara dan volume penjualan masing-masing di angka 6,1 juta ton dan 6 juta ton.

Menurut Ray, target tersebut cukup realistis mengingat beragam kondisi yang melemahkan permintaan batu bara.

”Kami juga memandang bahwa kondisi pasar batu bara tahun ini mungkin tidak lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Oleh karena itu, kami menetapkan target produksi yang konservatif,” tuturnya.

Di tengah tantangan melemahnya harga batu bara, Ray mengatakan, pada tahun ini, perseroan berupaya menjaga biaya produksi untuk dapat membuat margin operasional perseroan sehat.

Dalam kesempatan berbeda, emiten batu bara, PT Mitrabara Adiperdana Tbk. (MBAP) tengah bergeliat mengembangkan bisnis energi baru terbarukan (EBT).

Pada tahun ini, MBAP pun menganggarkan total investasi dan belanja modal (capital expenditure/capex) hampir US$70 juta, paling dominan untuk EBT.

Direktur Mitrabara Adiperdana Yulius Leonardo mengatakan dalam upayanya mengembangkan bisnis EBT pada 2025, total investasi dan capex yang disiapkan mencapai US$70 juta atau Rp1,13 triliun. 

"67% dari capex 2025 digunakan untuk bisnis EBT," kata Yulius dalam public expose, Selasa (27/5/2025).

Alhasil, nilai capex khusus untuk bisnis EBT di MBAP pada 2025 mencapai US$46,9 juta atau Rp762,07 miliar. Capex yang disiapkan MBAP pada 2025 berasal dari sisa laba 2024, termasuk dari modal, serta pinjaman pihak ketiga.

Direktur Utama Mitrabara Adiperdana Khoirudin mengatakan bisnis inti Mitrabara masih terkait batu bara. Namun, industri batu bara masih mengalami tekanan.

Terdapat persaingan pasokan industri batu bara dari China dan India. Kemudian, sejak 2023 sampai 2025, dengan adanya pasokam batu bara dari Rusia ke pasar Asia, persaingan batu bara ekspor semakin kompetitif, dan menimbulkan penurunan harga batu bara global.

Berbagai kebijakan seperti kebijakan B40 atau biodiesel 40% pun menekan industri batu bara. Strategi MBAP pun dijalankan.

"Tantangan itu semakin meyakinkan Mitrabara mendorong terwujudnya diversifikasi. Kami serius [diversifikasi] sejak 2022," kata Khoirudin dalam public expose pada Selasa (27/5/2025).

Dalam upaya diversifikasi, termasuk ke bisnis EBT, sejumlah langkah telah dijalankan MBAP. Perseroan misalnya membentuk perusahaan joint venture dengan Masdar Indonesia Solar Holdings RSC Limited, yakni PT Masdar Mitra Solar Radiance (Solar Radiance).

Perusahaan joint venture itu berfokus pada pengembangan dan pengadaan energi solar panel, yang menyediakan solusi energi terbarukan untuk pasar komersial dan industri.

Pada 2024, operasional Solar Radiance telah menghasilkan energi 17 MWp. Pada 2025, Solar Radiance ditargetkan mencapai level operasional 51 MWp.

Selain itu, MBAP mengembangkan PT Malinau Hijau Lestari (MHL) yang berlokasi di Malinau, Kalimantan Utara. Anak usaha itu bergerak dalam energi terbarukan yang mengkhususkan diri dalam produksi biomassa, dalam bentuk wood pellet.

Pada 2025, MBAP menargetkan penyelesaian konstruksi pabrik wood pellet untuk MHL. Kemudian, pada 2026, MHL ditargetkan menjalankan operasi komersial dengan kapasitas 150.000 ton per tahun.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper