Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bitcoin Pecah Rekor Lagi Dipicu Progres RUU Stablecoin AS

Harga Bitcoin sempat menguat 2,7% ke level US$109.856, sebelum memangkas sebagian besar keuntungannya di tengah koreksi pasar keuangan global.
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga beraktivitas di dekat logo Bitcoin di Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Harga Bitcoin menembus rekor tertinggi sepanjang masa di tengah euforia pasar terhadap kemajuan legislasi stablecoin di Amerika Serikat, yang dinilai membuka jalan bagi kejelasan regulasi di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

Melansir Bloomberg, Kamis (22/5/2025), aset kripto terbesar itu sempat menguat 2,7% ke level US$109.856, sebelum memangkas sebagian besar keuntungannya di tengah koreksi pasar keuangan global.

Penguatan ini melampaui level tertinggi sebelumnya yang dicapai setelah pelantikan Trump pada 20 Januari. Aset kripto lainnya seperti Ethereum dan XRP turut mencatatkan kenaikan moderat.

Reli Bitcoin dalam beberapa pekan terakhir dipicu oleh teroboson regulasi, termasuk perkembangan RUU stablecoin di Senat AS setelah sejumlah anggota Demokrat menarik keberatannya. RUU yang didukung oleh pelaku industri kripto kini menanti pembahasan final dengan dukungan bipartisan yang kuat untuk segera disahkan.

Pendiri dan CEO Galaxy Digital Michael Novogratz mengatakan terobosan regulasi ini menandai pergeseran pendekatan dari sikap keras Gary Gensler dan SEC menuju pemerintahan Trump yang lebih ramah terhadap industri kripto.

”Ini membangkitkan semangat komunitas kripto, baik di dalam maupun luar negeri,” ujar Novograts.

Revisi RUU tersebut mencakup pembatasan yang lebih ketat terhadap praktik pencucian uang, keterlibatan penerbit asing dan perusahaan teknologi, serta memperkuat perlindungan konsumen. Aturan ini juga dirancang untuk memastikan kesetaraan perlakuan antara penerbit dalam dan luar negeri.

Di tengah ketidakpastian fiskal AS yang dipicu tarik ulur anggaran dan defisit yang membengkak, Bitcoin kembali diposisikan sebagai aset lindung nilai. Keresahan investor kian meningkat seiring kenaikan suku bunga, penurunan nilai dolar, dan gejolak di pasar obligasi.

“Kita menghadapi kondisi yang rumit sebagai negara. Utang melonjak, bunga tinggi, kurva imbal hasil tertekan, dan dolar melemah. Semua ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi Bitcoin dan aset kripto,” ujar Novogratz.

Di pasar derivatif, minat terhadap kontrak opsi Bitcoin meningkat tajam, terutama untuk harga kesepakatan US$110.000, US$120.000, dan bahkan US$300.000 yang akan jatuh tempo 27 Juni.

Menurut Amberdata, permintaan terhadap opsi jangka pendek di atas US$110.000 melonjak dalam 24 jam terakhir.

Data Coinglass menunjukkan likuidasi posisi bullish maupun bearish masih terkendali, dengan total likuidasi sekitar US$200 juta dalam sehari terakhir.

Minat terbuka terhadap kontrak Bitcoin berjangka yang diperdagangkan di CME Group telah pulih 23% dari titik terendahnya pada April. Di sisi lain, investor menyuntikkan sekitar US$3,6 miliar ke dalam sejumlah ETF Bitcoin AS sepanjang bulan ini.

Sepanjang 2025, Bitcoin telah naik sekitar 14%, mengungguli aset berisiko lain seperti indeks Nasdaq 100 yang justru turun sekitar 2% sejak akhir tahun lalu.

Salah satu pendorong besar kenaikan harga adalah strategi agresif pembelian Bitcoin oleh MicroStrategy, perusahaan milik Michael Saylor, yang kini telah mengakumulasi token senilai lebih dari US$50 miliar.

Ekosistem kripto juga diramaikan oleh kemunculan berbagai perusahaan baru yang menawarkan eksposur Bitcoin, mulai dari obligasi konversi hingga saham preferen. Beberapa di antaranya didirikan oleh afiliasi Cantor Fitzgerald bersama Tether dan SoftBank, serta kolaborasi entitas milik Vivek Ramaswamy dan perusahaan publik Asset Entities Inc.

Lonjakan harga ini terjadi menjelang acara makan malam eksklusif Presiden Trump dengan para pemegang memecoin di klub golf pribadinya di luar Washington. Acara ini menuai kritik dari para pakar etika karena dianggap membuka celah konflik kepentingan, lantaran memberikan akses langsung kepada presiden melalui transaksi yang menguntungkan secara pribadi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper