Harga Emas Sedang Lesu
Di sisi lain, saat ini harga emas dalam tren lesu. Melansir Reuters pada Kamis (15/5/2025), harga emas di pasar spot merosot ke level terendah sejak 11 April, turun 2% menjadi US$3.181,62 per troy ounce.
Harga emas batangan sempat turun hingga US$3.174,62 di awal sesi. Adapun, harga emas berjangka AS terpantau melemah 1,8% ke US$3,188.3 per troy ounce.
Mengutip informasi pada laman Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga emas Antam juga turun. Harga emas paling murah berukuran 0,5 gram dipatok senilai Rp983.000 pada hari ini, Kamis (15/5/2025) turun Rp10.000 dari hari sebelumnya.
Harga emas Antam untuk bobot 1 gram mencapai harga Rp1.866.000, atau turun Rp20.000 apabila dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menyebutkan bahwa penurunan harga emas dunia terutama didorong oleh membaiknya sentimen risiko global, yang dipicu oleh kemajuan dalam hubungan perdagangan antara AS dan China. Faktor ini mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe-haven, mendorong harga emas dunia turun di bawah level US$3.200 untuk pertama kalinya sejak 11 April 2025.
Baca Juga
"Potensi kenaikan diperkirakan terbatas karena sentimen pasar yang lebih optimis terhadap risiko dan hasil positif dari negosiasi perdagangan," kata Andy Nugraha dalam keterangan tertulis pada Kamis (15/5/2025).
Dari sisi teknikal, Andy Nugraha menjelaskan bahwa kombinasi pola candlestick dan indikator moving average saat ini menunjukkan kecenderungan tren bearish yang semakin menguat pada emas dunia. Hal ini menjadi indikasi bahwa tekanan jual masih mendominasi pergerakan harga emas.
Pada perdagangan hari ini, Kamis (15/5/2025), harga emas diperkirakan masih berpotensi melemah menuju level support di US$3.151. Namun, jika terjadi pembalikan arah atau rebound dari area support tersebut, maka harga berpotensi kembali menguat menuju target terdekat di kisaran US$3.238.
Andy Nugraha menilai bahwa ketidakpastian yang masih ada dalam kesepakatan dagang, serta risiko geopolitik global, tetap menjadi faktor penopang harga emas dalam jangka pendek.
Para pelaku pasar juga tengah menanti data ekonomi penting dari AS, yaitu penjualan ritel dan Indeks Harga Produsen (IHP) untuk periode April yang dijadwalkan rilis hari ini.
Selain itu, pidato Ketua The Fed, Jerome Powell juga menjadi perhatian utama karena dapat memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan moneter ke depan.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi Treasury AS yang naik pada kemarin, Rabu (14/5/2025) menjadi tambahan tekanan bagi emas, mengingat logam mulia tidak memberikan imbal hasil.
Bahkan, rumor bahwa pemerintahan Trump lebih menyukai dolar AS yang lebih lemah, tidak mampu mengangkat harga emas secara signifikan. Sebab, fokus pasar kini tertuju pada aset-aset berisiko yang dinilai lebih menarik.