Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ditopang Saham Semikonduktor, Wall Street Ditutup Menguat

Bursa AS ditutup menguat, didorong oleh saham semikonduktor yang menguat pada akhir perdagangan menyusul laporan pelonggaran aturan tentang chip AI.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada Rabu (7/5/2025), didorong oleh saham semikonduktor yang menguat pada akhir perdagangan setelah adanya laporan bahwa peraturan tentang chip kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan dilonggarkan.

Melansir Reuters pada Kamis (8/5/2025), indeks Dow Jones Industrial Average naik 284,97 poin, atau 0,70%, menjadi 41.113,97, S&P 500 naik 24,37 poin, atau 0,43%, menjadi 5.631,28 dan Nasdaq Composite menguat 48,50 poin, atau 0,27%, menjadi 17.738,16.

Saham berfluktuasi selama sebagian besar sesi dan perdagangan tetap tidak menentu setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga AS dalam sebuah langkah yang diharapkan oleh para pelaku pasar.

Menjelang penutupan perdagangan, Wall Street menguat karena saham produsen chip melonjak seiring dengan rencana pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mencabut pembatasan chip kecerdasan buatan. Laporan tersebut dikonfirmasi oleh juru bicara Departemen Perdagangan.

Sebelumnya, The Fed mempertahankan suku bunga  dengan bank sentral mengatakan risiko inflasi yang lebih tinggi dan pengangguran telah meningkat, yang semakin mengaburkan prospek ekonomi saat The Fed bergulat dengan dampak kebijakan tarif Trump.

Perdagangan saham tidak merata setelah pernyataan The Fed, hingga adanya dorongan dari produsen chip.

Kepala analis F.L. Putnam Investment Management Ellen Hazen mengatakan pernyataan The Fed tersebut mencoba mengirim pesan ke Gedung Putih bahwa tindakan mereka baru-baru ini telah membuat lingkungan ekonomi lebih sulit.

"Mereka mengatakan bahwa risiko pengangguran yang lebih tinggi telah meningkat, risiko inflasi yang lebih tinggi telah meningkat. Dan mereka tidak secara khusus mengaitkannya dengan tarif, tetapi saya pikir siapa pun yang melihat itu akan mengerti bahwa itulah yang mereka maksud," jelasnya.

Setelah keputusan bank sentral mengenai suku bunga, Ketua Fed Jerome Powell mengakui ketidakpastian telah memperburuk sentimen di kalangan masyarakat dan bisnis, tetapi ekonomi itu sendiri masih sehat. 

Selain itu, dia mengatakan pemotongan suku bunga mungkin dilakukan jika didukung oleh data ekonomi, tetapi Fed tidak dapat membuat perubahan kebijakan yang bersifat preemptif hingga ada kejelasan lebih lanjut.

Pasar sebagian besar masih memperkirakan penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin dari Fed pada pertemuannya di bulan Juli, menurut data LSEG.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper