Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Astra (ASII) Blak-blakan Arah Pengembangan Mobil Listrik 2025

Presiden Direktur PT Astra International Tbk. (ASII) Djony Bunarto Tjondro membeberkan sejumlah langkah pengembangan mobil listrik Astra pada 2025.
Ilustrasi pengembangan mobil listrik di Indonesia./Pixabay-andreas160578
Ilustrasi pengembangan mobil listrik di Indonesia./Pixabay-andreas160578

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Direktur PT Astra International Tbk. (ASII) Djony Bunarto Tjondro membeberkan sejumlah langkah pengembangan mobil listrik Astra pada 2025 di tengah menjamurnya produk mobil listrik dari produsen China.

Dia menjelaskan bahwa Astra sebenarnya telah menaruh perhatian pada fenomena menjamurnya produk mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV). Sejak tahun lalu, Astra terus mengamati perkembangannya.

"Namun, BEV yang diluncurkan apakah menjangkau masyarakat low. Saya rasa tidak, yang dijangkau adalah segmen menengah ke atas," kata Djony dalam konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ASII pada Kamis (8/5/2025).

Menurutnya, struktur pasar otomotif di Indonesia dalam 10 tahun terakhir cenderung sama, yakni 60% berada di rentang harga di bawah Rp300 juta. Kemudian, 80% masyarakan berada di dalam pasar di bawah Rp400 juta.

"Jadi kami di Astra berusaha meluncurkan EV [electric vehicle] yang menjangkau di bawah piramida ini," tutur Djony.

Untuk itu, menurutnya dalam meluncurkan produk mobil listrik yang bisa menjangkau pasar mayoritas dibutuhkan perencanaan teknis yang lama. Astra pun terus bekerja keras dengan partnernya.

"Mudah-mudahan meluncurkan EV lagi, masuknya ke hybrid mass market, lebih terjangkau masyarakat Indonesia," ujar kata Djony.

Direktur ASII Henry Tanoto juga mengatakan bahwa penetrasi mobil listrik di Indonesia memang sedang kencang. Namun, penyebarannya 80% masih di Jabodetabek dan kota-kota besar.

"Isu investasi infrastruktur masih menjadi concern," ujar Henry.

Alhasil, Astra menilai bahwa pengembangan mobil hybrid lebih tepat sasaran untuk di kota besar dan daerah.

"Kemudian, strategi kami, Astra konsisten bisa memberikan produk dan layanan sesuai kebutuhan mobilitas masyarakat beragam," jelasnya.

Dalam konteks produk, Astra berencana meluncurkan mobil listrik BEV baru pada tahun ini. Untuk hybrid, sampai saat ini, Astra telah meluncurkan 15 model. Market share untuk mobil hybrid Astra pun menurutnya mencapai 60%.

"Oleh karena itu kami percaya diri penyebaran teknologi hybrid bisa diterima sebagai solusi dari kebanyakan masyarakat Indonesia. Jadi, kami pun akan meluncurkan produk mass merket hybrid tidak lama lagi.

Adapun, langkah Astra mengembangkan produk mobil listriknya itu dilakukan di tengah gempuran produk mobil listrik, terutama dari China. 

Pasar mobil listrik BEV di Indonesia saat ini memang dikuasai oleh merek-merek asal China, seperti BYD, Wuling, hingga Chery.

Terbaru, produsen otomotif asal China, XPeng optimistis bakal masuk RI dengan menggandeng Erajaya Group (ERAA) sebagai agen pemegang merek (APM).

Di sisi lain, Astra telah mencatatkan kinerja lesu penjualan otomotifnya pada awal tahun ini. Tercatat, penjualan mobil Astra turun 7,34% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal I/2025 menjadi 110.812 unit, dibandingkan 119.602 unit pada periode yang sama 2024.

Penjualan mobil low cost green car (LCGC) Astra pun jeblok 22,27% yoy menjadi 28.294 unit per kuartal I/2025, dibandingkan 36.405 unit per kuartal I/2024. Meskipun, Astra masih bisa mencatatkan pangsa pasar stabil di angka 54%.

Berdasarkan laporan keuangan, ASII telah mencatatkan laba bersih sebesar Rp6,93 triliun per kuartal I/2025, menyusut 7,12% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,46 triliun pada kuartal I/2024.

Laba bersih ASII dari lini bisnis otomotif dan mobilitas menurun 4% menjadi Rp2,7 triliun, terutama disebabkan oleh volume penjualan yang lebih rendah di tengah pelemahan pasar otomotif nasional.

Meski begitu, ASII mencatatkan pertumbuhan pendapatan bersih 2,64% yoy menjadi sebesar Rp83,36 triliun per kuartal I/2025, dari Rp81,2 triliun pada kuartal I/2024.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper