Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten yang baru melantai di BEI pada 2025 mencatatkan peningkatan pesat harga sahamnya, hingga ada yang mencapai 350%. Bagaimana kemudian peluang lonjakan harga saham emiten IPO itu ke depan di tengah ragam tantangan pasar?
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat 12 emiten yang mencatatkan penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO) pada 2025. Terbaru, pada bulan ini ada aksi listing di Bursa oleh PT Fore Kopi Indonesia Tbk. (FORE) dan PT Medela Potentia Tbk. (MDLA).
Dari deretan saham IPO tahun ini, terdapat sejumlah saham yang berkinerja moncer di Bursa. PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU) bahkan mencatatkan lonjakan harga saham 350% sejak IPO hingga perdagangan kemarin, Rabu (23/4/2025).
RATU menawarkan saham IPO di harga Rp1.150 per lembar. Pada perdagangan kemarin, Rabu (23/4/2025), harga saham RATU terparkir di level Rp5.175 per lembar.
Kemudian, harga saham PT Sinar Terang Mandiri Tbk. (MINE) telah melonjak 128,7% sejak IPO ke level Rp494 per lembar. MINE menawarkan harga IPO di level Rp216 per lembar.
Harga saham PT Delta Giri Wacana Tbk. (DGWG) juga melonjak 91,3% sejak IPO, ke level Rp440 per lembar. Harga saham IPO DGWG di level Rp230 per lembar.
Baca Juga
PT Bangun Kosambi Sukses Tbk. (CBDK) juga mencatatkan kenaikan harga saham 73,03% ke level Rp7.025 per lembar. CBDK saat IPO mematok harga Rp4.060 per lembar.
Selain itu, FORE yang baru IPO pekan lalu mencatatkan kenaikan harga saham 95,74% sejak IPO ke level Rp368 per lembar. Harga saham IPO FORE mencapai Rp188 per lembar.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan lonjakan harga saham sejumlah emiten baru pada 2025 didorong berbagai faktor. Terdapat faktor sektoral, di mana beberapa sektor seperti energi, logistik, dan konstruksi tengah naik daun, didorong kebijakan pemerintah.
Faktor lainnya adalah asosiasi dengan induk usaha. RATU misalnya, dinaungi oleh PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang cukup dikenal. Hal serupa juga terjadi pada CBDK, yang dikaitkan dengan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. (PANI), saham properti yang sebelumnya juga sempat jadi primadona.
"Sehingga menarik minat investor ritel yang menilai ada jaminan moral dari nama besar," kata Liza pada Kamis (24/4/2025).
Faktor lainnya yakni jumlah free float kecil. Saham IPO dengan kepemilikan publik terbatas rentan terbang karena dorongan demand lebih besar dari supply. Selain itu, ada faktor euforia investor ritel yang semakin agresif berburu saham IPO.
Namun, kini pasar saham tertekan oleh sentimen global, yakni kekhawatiran perang dagang yang dipicu oleh tarik ulur kebijakan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump.
Adapun, Liza menilai ke depan di tengah tantangan pasar saham itu, saham IPO tetap memiliki peluang diburu pasar.