Bisnis.com, JAKARTA — Meningkatnya ketidakpastian global mendorong Mirae Asset Sekuritas Indonesia memangkas target IHSG pada tahun ini ke level 6.900 atau jauh di bawah target sebelumnya 8.000.
Tim Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia termasuk Rully Arya Wisnubroto menyampaikan perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang semakin memanas—ditandai dengan aksi saling balas tarif hingga 145% untuk impor dari Tiongkok dan 125% untuk barang AS—telah secara signifikan meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.
Eskalasi itu diperkirakan akan menekan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) global ke level paling lambat sejak pandemi, dengan proyeksi IMF untuk 2025 dan 2026 hanya sebesar 2,8% dan 3,0%.
Di dalam negeri, lanjutnya, kinerja ekonomi Indonesia lebih lemah dari ekspektasi sebelumnya, sehingga proyeksi pertumbuhan PDB 2025 dan 2026 direvisi turun menjadi 4,75% dan 4,95% dari sebelumnya 5,01% dan 5,15%.
Menurut Rully, konsumsi rumah tangga yang belum optimal serta memburuknya lingkungan global—terutama perlambatan perdagangan dan investasi—menjadi risiko besar bagi sektor ekspor dan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
“Kami menurunkan target IHSG menjadi 6.900 dari sebelumnya 8.000, mencerminkan penyesuaian asumsi makroekonomi,” paparnya dalam riset, Kamis (24/4/2025).
Hingga perdagangan kemarin, indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di level 6.634,37 atau merosot 6,29% secara year-to-date. IHSG melemah bersama mayoritas bursa Asean, seperti Thailand anjlok 17,6%, Malaysia -8,59%, Filipina turun 5,52%, dan Vietnam terkoreksi 5,5% YtD.
Dengan minimnya katalis jangka pendek, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan pemulihan akan berlangsung secara bertahap. Di sisi lain, dukungan muncul dari potensi partisipasi pasar dari BPI Danantara, peningkatan alokasi ekuitas oleh BPJS Ketenagakerjaan, serta kemungkinan langkah-langkah counter-cyclical dari pemerintah.
“Sebagai bagian dari strategi portofolio, kami mengeluarkan MAPI dari daftar saham pilihan dan meningkatkan bobot pada BBCA, BMRI, ICBP, dan ANTM,” ungkapnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.